Bisnis.com, JAKARTA - VP Economist Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan cadangan devisa pada Februari 2021 akan mencapai kisaran US$136 hingga US$137 miliar.
Posisi tersebut turun jika dibandingkan dengan posisi cadangan devisa pada Januari 2021 lalu yang sebesar US$138 miliar, setara dengan pembiayaan 10,5 bulan impor atau 10,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Josua mengatakan, penurunan cadangan devisa tersebut terindikasi dari aliran modal asing pada Februari 2021 yang cenderung keluar dari pasar keuangan domestik.
“Di pasar obligasi, kepemilikan asing terhadap SBN turun sekitar US$1,06 miliar, merespon tren kenaikan yield US Treasury sebesar 34 basis poin,” katanya kepada Bisnis, Kamis (4/33/2021).
Dia menyampaikan, yield US Treasury atau obligasi AS yang meningkat tersebut mendorong kenaikan yield obligasi global, termasuk yield SUN dengan tenor 5 dan 10 tahun masing-masing naik sekitar 55 basis poin dan 40 basis poin sepanjang Februari lalu.
Meskipun demikian, imbuhnya, rata-rata nilai tukar rupiah cenderung bergerak stabil di level Rp14.029 per Dolar Amerika Serikat, terindikasi dari volatilitas nilai tukar rupiah yang cenderung menurun.
Baca Juga
Di samping itu, menurut Josua, penurunan cadangan devisa juga terindikasi dari penyerapan valas melalui lelang term doposit valas perbankan sepanjang Februari yang cenderung menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
“Selain itu, hasil lelang surat berharga Bank Indonesia valas yang terserap pada Februari 2021 cenderung menurun dari hasil lelang bulan sebelumnya,” jelasnya.