Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asosiasi Dorong Fintech Credit Scoring Perbesar Pasar Lewat Kerja Sama

AFTECH mendukung kolaborasi fintech ICS dengan penyelenggara jasa keuangan di ekosistem. Diharapkan adopsi inovasi teknologi ini dapat meningkatkan inklusi keuangan serta pemulihan dan pemerataan ekonomi nasional.
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr
Ilustrasi teknologi finansial/Flickr

Bisnis.com, JAKARTA - Seiring dengan perkembangan inovasi keuangan digital, penilaian risiko kredit kini dapat digelar oleh para platform penyelenggara innovative credit Scoring (ICS). 

Mercy Simorangkir, Managing Director Asosiasi FinTech Indonesia (AFTECH) menjelaskan bahwa para fintech ICS memiliki kelebihan mampu memanfaatkan sumber data alternatif, yang tidak terbatas pada rekening bank seseorang atau riwayat kreditnya. 
 
Seperti diketahui, penilaian risiko kredit sebagai tahapan yang harus dilewati oleh setiap pengusaha, baik itu individu maupun UMKM, ketika mengajukan kredit/pinjaman kepada lembaga keuangan. 
 
Perbankan atau perusahaan pembiayaan (multifinance) umumnya berpegang pada prinsip 5C, meliputi character (karakter), capacity (kapasitas), condition (kondisi), capital (modal), dan collateral (agunan/jaminan).
"Namun, kini beberapa sumber data alternatif bisa diolah dari data transaksi belanja online, data telekomunikasi seperti pulsa atau tagihan telepon, dan jejak media sosial yang didapatkan melalui kolaborasi dengan perusahaan e-commerce, telekomunikasi, dan platform media sosial," ungkapnya dalam diskusi virtual, Selasa (16/3/2021). 
 
Dalam acara bertajuk FinTech Talk “Innovative Credit Scoring dan Potensi Peningkatan Akses Pendanaan Usaha Bagi Pemerataan Kesejahteraan Ekonomi Nasional” ini, Mercy berharap para platform ICS dapat tersosialisasi dengan baik dan semakin berkembang ke depan. 
 
"Sebagai organisasi bagi penyelenggara fintech dari berbagai vertikal/model bisnis di Indonesia, AFTECH mendukung kolaborasi fintech ICS dengan penyelenggara jasa keuangan di ekosistem. Diharapkan adopsi inovasi teknologi ini dapat meningkatkan inklusi keuangan serta pemulihan dan pemerataan ekonomi nasional," tambah Mercy. 
 
Pasalnya, AFTECH percaya inovasi yang dilakukan oleh penyelenggara ICS diharapkan dapat meningkatkan efektivitas penilaian risiko kredit sehingga mengurangi risiko gagal bayar atau kredit macet. 
Selain itu, layanan yang diberikan oleh penyelenggara ICS juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang belum memiliki rekening bank (unbanked), untuk dapat meningkatkan peluang akses pendanaan yang akhirnya diharapkan memeratakan distribusi kegiatan ekonomi di seluruh Indonesia. 
 
Harapannya, kolaborasi fintech, termasuk penyelenggara ICS, dengan Bank-Bank Pembangunan Daerah serta multifinance, menjadi salah satu variabel penting dalam mencapai inklusi keuangan serta pemerataan kegiatan ekonomi yang diharapkan.
 
"Salah satu agenda besar yang ingin dicapai oleh Pemerintah adalah meningkatkan indeks inklusi keuangan masyarakat sebesar 90 persen di tahun 2024. Kehadiran fintech ICS saat ini diharapkan dapat menjadi enabler yang memfasilitasi masyarakat, terutama yang belum tersentuh oleh layanan perbankan, untuk mendapatkan pendanaan bagi kegiatan usahanya," tutupnya. 
 
Platform Toko Score besutan Semangat Digital Bangsa (SDB) sebagai perusahaan penyedia ICS terafiliasi Tokopedia, berharap dapat turut mendukung perluasan akses keuangan bagi masyarakat Indonesia. 
 
Evita Soetjoadi, Head of Business Development & Marketing Toko Score menjelaskan inovasi pihaknya selaku platform ICS diharapkan meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Termasuk pembeli dan para pegiat usaha di ekosistem e-commerce, khususnya UMKM lokal di tengah masa pemulihan pandemi ini. 
 
"SDB dalam hal ini berkolaborasi dengan berbagai mitra strategis, mulai dari bank pembangunan daerah, perusahaan multifinance hingga teknologi finansial untuk mempermudah masyarakat bisa mendapatkan akses keuangan termasuk pemodalan dari para mitra strategis tersebut melalui penggunaan Toko Score sebagai ICS," ujarnya. 
 
Kegiatan Fintech Talk yang diselenggarakan oleh AFTECH bersama SDB bertujuan untuk mensosialisasikan kepada berbagai pihak tentang perkembangan inovasi dan industri Innovative Credit Scoring serta perannya dalam mendukung inklusi keuangan serta pemerataan kesejahteraan ekonomi masyarakat. 
 
Platform besutan Tokopedia di lini bisnis credit scoring ini sendiri mengaku telah mampu menyediakan akses penilaian data calon debitur mencapai lebih dari 100 juta user, dan mencakup 99 persen seluruh kecamatan di Indonesia. 
 
"Toko Score akan terus berinovasi untuk menambahkan berbagai kemudahan dan nilai tambah lainnya dengan harapan masyarakat bisa mendapatkan solusi keuangan inklusif dan terjangkau dari para mitra strategis sekaligus berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi negara yang saat ini terdampak pandemi," tutup Evita.
 
FinTech Talk kali ini juga menghadirkan beberapa tokoh seperti Dr. Aviliani (Pengamat Kebijakan Publik & Peneliti Senior INDEF), Sigit Sembodo (Sekjen Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia/APPI & Direktur Bussan Auto Finance), dan Arfianto Ramadhian (Pemimpin Divisi Digital Banking, Bank BJB) sebagai Pembicara dan Arif Hatta (Managing Editor the Iconomics) sebagai Moderator.
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper