Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. atau Tugu Insurance menyatakan bahwa pengembangan proses bisnis menjadi kunci dalam menjaga profitabilitas di tengah pandemi Covid-19. Ke depannya, hal itu pun akan menjadi penentu nasabah dalam memilih asuransi.
Direktur Pemasaran Asuransi Minyak dan Gas Bumi Tugu Insurance Budi P. Amir menjelaskan bahwa 2020 menjadi tahun yang penuh tantangan. Tekanan perekonomian akibat pandemi Covid-19 turut membebani bisnis asuransi umum.
Berbagai tekanan itu membuat kinerja Tugu Insurance (TUGU) terkoreksi pada tahun lalu, seperti perolehan premi senilai Rp6,05 triliun yang turun 6,7 persen (year-on-year/yoy) dari sebelumnya Rp6,49 triliun. Pada 2020, perolehan laba senilai Rp271,9 miliar pun terkoreksi hingga 46,2 persen (yoy) dari sebelumnya Rp505,7 miliar.
“Pandemi Covid-19, pelemahan ekonomi, bencana banjir di awal tahun, penurunan Indonesia Crude Price [ICP], penurunan harga properti, dan pelemahan pasar saham menjadi kontributor utama terjadinya penurunan laba Tugu Insurance,” ujar Budi pada Rabu (5/4/2021) melalui keterangan resmi.
Meskipun begitu, pengembangan bisnis menjadi faktor utama yang membuat perseroan dapat menekan dampak bisnis. Menurut Budi, implementasi teknologi merupakan aspek penting dalam menjaga operasional bisnis dan pemasaran saat tatap muka sulit dilakukan.
“Sejak terjadinya pandemi, Tugu Insurance terus melakukan improvement dalam proses bisnisnya terutama dengan melakukan implementasi teknologi untuk memastikan agar produk dan layanan yang diberikan bisa tetap terjaga dan tidak terjadi penurunan kualitas," ujarnya.
Budi pun menilai bahwa pengembangan proses bisnis yang berbuah kualitas layanan akan menjadi pertimbangan bagi pelanggan, baik individu maupun korporat, pada masa yang akan datang dalam memilih produk asuransi.