Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. berharap agar PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) segera mendapatkan relaksasi kewajiban terkait pembayaran utangnya di sejumlah kreditur serta operasional SRIL akan berjalan seperti biasa.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi terkait pinjaman yang disalurkan kepada SRIL. Seperti diberitakan, saat ini SRIL dan tiga anak usahanya yakni Sinar Pantja Djaja, Bitratex Industries, dan Primayudha Mandirijaya resmi menyandang status PKPU sementara setelah Hakim Pengadilan Negeri (PN) Semarang mengabulkan gugatan PKPU yang diajukan CV Prima Karya.
Adapun, CV Prima Karya adalah salah satu vendor yang terlibat dalam renovasi bangunan di Grup Sritex. Gugatan PKPU diajukan atas nilai utang yang belum dibayarkan oleh pihak SRIL senilai Rp5,5 miliar.
"Ya kita ikuti prosesnya saja. Saya sangat yakin proses PKPU berjalan tidak lama dan relaksasi kewajiban akan diberikan oleh semua kreditur dan SRIL akan berjalan kembali seperti biasa," ujar Yuddy kepada Bisnis, Kamis (7/5/2021).
Sebagai informasi, grup usaha SRIL merupakan salah satu debitur korporasi di Bank BJB. Berdasarkan laporan keuangan SRIL yang dikutip Kamis (6/5/2021), utang SRIL di BJB tercatat sebesar US$38,89 juta atau setara dengan sekitar Rp554,62 miliar.
Menurut Yuddy, sejauh ini SRIL masih melunasi utangnya. "Sampai dengan akhir bulan kemarin kewajiban SRIL masih berjalan lancar dan masih dalam kolektibilitas lancar (1) serta sebagian besar kewajiban SRIL dan group di BJB berbasis cash collateral," paparnya.
Baca Juga
Meskipun masih lancar, dia tak menampik bahwa semua pinjaman yang diberikan kepada debitur pada umumnya, akan memiliki risiko turun tingkat kolektibilitas menjadi kredit bermasalah (NPL).
Namun, Yuddy menuturkan, hampir sebagian besar pembiayaan BJB ke SRIL Group berbasis cash collateral dan sebagian lainnya merupakan pembiayaan bilateral. "Jadi masih bisa dipenuhi antara lain dari sinking fund yang tersedia di Bank BJB."
Lebih lanjut, dia mengatakan pihaknya optimistis permasalahan keuangan SRIL akan selesai dalam waktu dekat mengingat perusahaan tersebut merupakan salah satu aset nasional dengan lebih dari 75.000 pekerja. Bahkan, dia juga meyakini banyak kreditur dan perbankan, khususnya bank nasional termasuk BJB yang ingin menjaga kelangsungan usaha SRIL di waktu yang akan datang.
"Kita harus menjaga rasa kebangsaan sebagai warga Indonesia dan Merah Putih dalam menjaga SRIL sehat kembali karena SRIL adalah aset negara dan bangsa."