Bisnis.com, JAKARTA - Penerbitan obligasi di sektor perbankan mulai semarak memasuki kuartal II/2021.
Diketahui, penerbitan obligasi oleh bank masih sepi pada kuartal I tahun ini. Hal ini terlihat dari data statistik pasar modal OJK pada Maret 2021.
Hingga minggu ke-5 Maret 2021, belum ada entitas perbankan yang melakukan penawaran umum EBUS maupun penawaran umum berkelanjutan EBUS.
Hal ini berbeda dengan periode yang sama tahun lalu, di mana tercatat dua bank melakukan penerbitan obligasi dan sukuk mudharabah.
Mereka yakni PT Bank CIMB Niaga Tbk. yang melakukan PUB Sukuk Mudharabah I Tahap III dengan nilai emisi Rp1 triliun, serta PT Bank Victoria International Tbk. melakukan PUB Obligasi Subordinasi II Tahap III dengan nilai emisi Rp150 miliar.
Sementara memasuki kuartal II tahun ini, bank mulai melakukan penggalangan dana melalui penerbitan obligasi seperti PT Bank Mandiri Taspen.
Dikutip dari publikasi Kustodian Sentral Efek Indonesia, Bank Mantap melakukan penerbitan Obligasi Berkelanjutan I Tahap II Tahun 2021 dengan jumlah pokok obligasi sebesar Rp2 triliun. Distribusi obligasi secara elektronik dilakukan pada 28 April 2021 dan pencatatan pada Bursa Efek Indonesia pada 29 April 2021.
Penerbitan tersebut merupakan bagian dari penerbitan obligasi berkelanjutan I dengan target dana yang akan dihimpun sebesar Rp4 triliun. Penerbitan tahap I telah dilakukan pada 2019 dengan jumlah pokok obligasi Rp1 triliun.
Petugas teller menata uang rupiah di salah satu cabang Bank Mandiri di Jakarta, Rabu (19/2/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Senior Executive Vice President Finance Retail & Digital Banking Bank Mantap Fajar Ari Setiawan mengatakan minat investor sangat baik terlihat dari permintaan terhadap obligasi yang oversubscribed 2,7 kali dari penawaran.
"Oversubscribe yang terjadi yaitu mencapai 2,7 kali atau sebesar Rp5,5 triliun dari penawaran yang sebesar Rp2 triliun dengan pricing obligasi yang sesuai dengan ekspektasi kami," katanya, Jumat (9/5/2021).
Fajar mengatakan dana obligasi tersebut akan digunakan untuk ekspansi bisnis perseroan, khususnya di segmen pensiunan. Bank Mantap optimistis penyaluran kredit dapat tumbuh minimal 20 persen secara yoy pada tahun ini.
Hingga 31 Maret 2021, Bank Mantap mencatatkan kredit yang diberikan secara individual sebesar Rp27,53 triliun. Angka tersebut tumbuh 26 persen secara yoy.
Fajar menambahkan untuk sisa emisi sebesar Rp1 triliun yang masih dimiliki tidak menutup kemungkinan untuk diterbitkan pada tahun ini. Namun, perseroan masih akan melihat kondisi market sampai dengan kuartal III/2021.
"Dan ini tidak menutup kemungkinan untuk kami gunakan," imbuhnya.
Selain Bank Mantap, sejumlah bank juga mulai merancang penerbitan obligasi. Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan perseroan akan melakukan penawaran umum berkelanjutan (PUB) berupa penerbitan obligasi subordinasi sebagai modal pelengkap. Jumlah obligasi yang diterbitkan sebesar Rp1 triliun.
Penerbitan obligasi ditargetkan dapat efektif pada akhir kuartal II/2021. Dana hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk membantu penguatan modal dan ekspansi pembiayaan kredit.
"Paling lambat sebelum akhir kuartal II, dananya sudah bisa direalisasikan. Dananya digunakan untuk membantu penguatan modal dan ekspansi pembiayaan kredit ke depannya. Jadi, sudah jelas penggunaanya untuk rencana ekspansi, bukan untuk membeli capex," katanya dalam konferensi pers paparan kinerja kuartal I/2021 pada akhir April kemarin.
PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat juga menyiapkan untuk melakukan penerbitan obligasi berkelanjutan pada tahun ini. Direktur Operasional & IT Bank Sulselbar Irmayanti Sulthan mengatakan total nilai PUB saat ini masih dikaji untuk diajukan persetujuan pemegang saham.
Perseroan menargetkan penerbitan surat utang dapat dilakukan sekitar Juni-Agustus 2020 atau awal semester II. "Tahun ini kami rencana penerbitan PUB 3 tahap 1, tapi sementara dikaji size-nya untuk diajukan persetujuan pemegang saham," katanya pada awal April kemarin.
Irmayanti mengatakan dana hasil obligasi digunakan untuk membiayai ekspansi kredit perseroan. Apalagi Bank Sulselbar memasang target pertumbuhan kredit lebih agresif pada tahun ini, yakni tumbuh 10-11 persen secara yoy.
Hingga 31 Maret 2021, Bank Sulselbar mencatatkan kredit sebesar Rp18,93 triliun atau tumbuh 6,6 persen yoy. Menurutnya, perseroan memasang target lebih agresif dibandingkan tahun lalu karena kondisi ekonomi Sulsel menunjukan pemulihan yang cukup baik.
"Tahun ini kami lebih agresif dari tahun lalu karena kondisi ekonomi Sulsel recovernya cukup baik. Target growth 10-11 persen, tahun lalu growth-nya 6,7 persen," sebutnya.