Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Teknologi Komunikasi Bakal Naik, Bank Perlu Waspadai Risiko

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit transportasi, perdagangan dan komunikasi per Februari 2021 ini tercatat Rp266,25 triliun, naik 8,02% secara tahunan.
Ilustrasi Bank/Istimewa
Ilustrasi Bank/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Penyerapan kredit dari sektor teknologi komunikasi diperkirakan akan cukup kuat tahun ini. Kendati demikian, peningkatan risiko kredit tetap memerlukan pengawasan lebih ketat. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit transportasi, perdagangan dan komunikasi per Februari 2021 ini tercatat Rp266,25 triliun, naik 8,02% secara tahunan.

Baki kredit bermasalah tercatat Rp5,36 triliun dengan rasio non performing loan (NPL) 2,01%, naik dari periode sama tahun lalu 1,72%. Namun, masih sangat dalam rasio yang terkendali di mana rasio NPL secara general perbankan berada di kisaran 3%.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan sektor komunikasi menjadi salah satu pendongkrak fungsi intermediasi paling baik di masa pandemi. Hal ini diperkirakan masih akan berlanjut di tahun ini sehingga mendorong pembalikan tren kontraksi kinerja fungsi intermediasi.

"Sektor ini tergolong sangat baik. Bisa dibilang sebagian besar peningkatan baki tersebut disumbang oleh sektor teknologi komunikasi," katanya, Selasa (18/5/2021).

Dia menyampaikan sektor riil teknologi komunikasi masih dalam tahap pengembangan 5G sehingga masih banyak infrastuktur komunikasi yang perlu ditingkatkan kapasitasnya. Belum lagi, perluasan jaringan internet masih menjadi prioritas utama pemerintah untuk mendorong industri 4.0 yang semakin penting dengan datangnya pandemi.

Di luar itu, kebutuhan pengembangan aplikasi dan software dalam negeri juga semakin meningkat. Terlebih mulai banyak industri yang bergantung pada teknologi seperti perbankan dan industri pengolahan.

"Bahkan, dengan momentum pembentukan GoTo, itu juga menandakan penggunaan teknologi yang lebih masif lagi ke depan, sehingga akan menstimulasi penyerapan kreidt perbankan dari sektor ini," sebutnya.

Kendati demikian, Trioksa mengatakan perbankan masih tetap perlu berhati dalam menganalisa risiko sektor ini. Teknologi adalah sektor yang membutuhkan kredit investasi besar. Namun, teknologi juga memiliki periode kesuksesan pendek. Perbankan perlu meningkatkan kredit dengan tenor yang lebih pendek agar risiko kredit tidak terlalu besar. Terlebih perbankan masih disibukkan dengan pengelolaan restrukturisasi kredit tyang besar.

"Kalau dilihat dari tren rasio NPL yang meningkat itu, maka mitigasi risiko ini tetap perlu menjadi perhatian. Namun, kalau bisa diatasi, justru bagus. Tenor pendek mengartikan pengembalian kredit yang cepat sehingga menciptakan perputaran uang lebih cepat," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper