Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Cuma Tantangan Baru, Asuransi Berjibaku dengan Hambatan Klasik saat Pandemi

Dari berbagai tantangan dan masalah yang ada, kondisi saat ini dinilai menjadi awal dari reformasi struktural industri asuransi.
Foto Multiple Exposure karyawan saat beraktivitas di Kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Jakarta, Selasa (11/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Foto Multiple Exposure karyawan saat beraktivitas di Kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Jakarta, Selasa (11/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah tantangan yang sedang dihadapi industri asuransi dinilai tidak seluruhnya muncul akibat pandemi Covid-19, tetapi ada yang merupakan tantangan lama. Industri pun perlu berinovasi dan melakukan strategi optimal dalam menjaga pertumbuhan bisnis.

Komisaris Utama Indonesia Financial Group (IFG) Fauzi Ichsan menjelaskan bahwa tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi industri asuransi. Kondisi itu menimbulkan sejumlah tantangan dalam bisnis proteksi, beberapa di antaranya terjadi saat Covid-19 menyebar.

Fauzi menjabarkan tantangan-tantangan itu di antaranya terjadinya mark-to-market loss dari aset industri asuransi seiring koreksi indeks harga saham gabungan (IHSG). Aset saham dan reksa dana mencatatkan koreksi yang sangat dalam pada kuartal I/2021.

Selain itu, klaim asuransi pun mengalami kenaikan, baik di industri asuransi jiwa maupun umum. Kondisi itu diiringi oleh turunnya penerimaan premi karena pendapatan masyarakat yang berkurang selama pandemi Covid-19, sehingga alokasi belanja asuransi turun.

"Kebijakan suku bungan yang rendah oleh bank sentral pun memperkecil hasil investasi perusahaan asuransi, meskipun di satu sisi suku bunga rendah memicu pertumbuhan penjualan properti," ujar Fauzi dalam Dialog Bisnis bertajuk Menakar Prospek Industri Asuransi di Tengah Pandemi Covid-19 yang digelar Bisnis Indonesia pada Jumat (21/5/2021).

Adapun, sejumlah tantangan sebenarnya sudah dihadapi industri asuransi, tetapi kondisinya menjadi semakin sulit saat pandemi Covid-19 menghantam. Misalnya, masih terdapat aset saham dan obligasi berkualitas rendah yang dimiliki perusahaan asuransi, sehingga saat pandemi nilainya makin merosot di bawah harga perolehan.

Fauzi pun menyoroti penjualan asuransi oleh agen dengan agresif demi mengejar laba tahun berjalan tanpa memperhitungkan risiko masa depan. Saat menghadapi pandemi Covid-19, praktik seperti itu rawan menimbulkan masalah yang menghambat tumbuhnya bisnis dengan sehat.

Selain itu, penjualan produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit-linked pun menjadi sorotan selama pandemi. Menurut Fauzi, perusahaan asuransi jiwa harus membenahi caranya memasarkan produk yang menjadi portofolio utama industri itu.

Dia menilai bahwa tenaga pemasar patut menjelaskan kepada calon nasabah unit-linked bahwa produk itu bersifat volatil dan mereka harus memahami prioritasnya terkait proteksi. Penjelasan yang tidak baik dapat membuat nasabah kecewa saat terjadi penurunan nilai investasi, seperti ketika pandemi.

Dari berbagai tantangan dan masalah yang ada, Fauzi meyakini bahwa kondisi saat ini menjadi awal dari reformasi struktural industri asuransi. Berkaca dari industri perbankan pada 1998, guncangan yang hebat akan memicu perbaikan bagi industri ke depannya.

"Meskipun pelik keadaannya, pandemi, ini akan menjadi katalis positif bagi industri asuransi [untuk reformasi]," ujar Fauzi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper