Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risiko Tapering Off Membayangi, BI Disarankan Lakukan Ini

BI dinilai perlu menjaga nilai tukar dan stabilitas keuangan sebagai langkah pre-emptive terhadap ketidakpastian global dari tapering off AS, meski basis moneter saat ini jauh lebih menguntungkan daripada menjelang taper tantrum 2013.
Kantor Bank Indonesia/Reuters-Darren Whiteside
Kantor Bank Indonesia/Reuters-Darren Whiteside

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) dinilai perlu mempertahankan suku bunga acuan pada level 3,5 persen mempertimbangkan meningkatnya ketidakpastian domestik akibat peningkatan kasus Covid-19, serta adanya tekanan dari sisi eksternal.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky, Jahen F. Rezki, dkk, dalam laporan Analisis Makroekonomi menyampaikan bahwa dari sisi internal, tingkat inflasi mengalami peningkatan pada Mei 2021 menjadi 1,67 persen secara tahunan, didorong oleh momentum Ramadan dan Idulfitri.

Namun angka inflasi pada periode tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan periode sebelum pandemi Covid-19.

Inflasi inti juga meningkat menjadi 1,37 persen secara bulanan, didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan akibat kenaikan harga global dan permintaan domestik saat Idulfitri.

Meski inflasi inti pada Mei 2021 masih di bawah angka normal, kenaikan tersebut menunjukkan daya beli masyarakat mulai pulih secara bertahap, tercermin juga dari Indeks Keyakinan Konsumen yang telah masuk ke zona optimis.

Sejalan dengan itu, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus selama 13 bulan berturut-turut hingga Mei 2021. Neraca dagang pada Mei 2021 mencatat surplus sebesar US$2,36 miliar.

Namun di sisi lain, risiko dari sisi kesehatan mengalami peningkatan, di mana hampir 10.000 kasus baru harian Covid-19 tercatat pada pertengahan Juni 2021. Kasus baru di beberapa kota pun didominasi oleh varian delta, yang pertama kali diidentifikasi di India.

“Jika situasi saat ini semakin tidak terkendali, tidak menutup kemungkinan bagi pemerintah untuk melakukan kebijakan mobilitas yang lebih ketat dan membiarkan kemajuan dan upaya ekonomi yang sudah berlangsung hilang,” tulis laporan analisis tersebut, Rabu (16/6/2021).

Sementara dari sisi eksternal, muncul kekhawatiran pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan lebih cepat dari perkiraan, sehingga tapering off the Fed berpotensi dilakukan lebih awal.

Jika the Fed mulai melakukan tapering off pada awal semester kedua tahun ini, maka bank sentral negara-negara berkembang harus mempertimbangkan risiko dalam setiap pengukuran kebijakan yang mereka putuskan dalam waktu dekat.

Oleh karena itu, BI dinilai perlu menjaga nilai tukar dan stabilitas keuangan sebagai langkah pre-emptive terhadap ketidakpastian global dari tapering off AS, meski basis moneter saat ini jauh lebih menguntungkan daripada menjelang taper tantrum 2013.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper