Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mengedepankan kebijakan ahead the curve dalam memutuskan untuk mempertahankan atau menaikkan suku bunga acuan.
Pendiri Indonesia Superstocks Community (ISC) Edhi Pranasidhi berpendapat BI akan mendahului the Fed, Bank Sentral Amerika Serikat (AS), untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
Pasalnya, the Fed telah memberikan pernyataan bahwa suku bunga di AS kemungkinan akan dinaikkan pada akhir 2023 setelah melihat perkembangan indikator ekonomi yang membaik dan inflasi yang tinggi di negara itu.
“BI sepertinya akan ahead of the curve, yang artinya belum akan mendahului bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga,” katanya dalam keterangan resmi, Kamis (17/6/2021).
Oleh karena itu, dia memperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5 persen.
Dia menambahkan, sikap the Fed saat ini lebih komunikatif jika dibandingkan dengan 2013, sehingga pasar finansial dan investasi dapat lebih bersiap menghadapi tapering off AS.
Baca Juga
“Saya yakin 2023 masih agak jauh dan seharusnya bisa appreciate pernyataan the Fed yang lebih market friendly dan sensitive terhadap perkembangan ekonomi di AS dan secara global,” tuturnya.
Belakangan, timbul kekhawatiran di pasar bahwa pemulihan ekonomi di AS akan terjadi lebih cepat dari perkiraan. Hal ini akan mendorong the Fed untuk melakukan tapering off, mengetatkan kebijakan moneter dan mulai mengurangi pembelian obligasi.
Kondisi ini tentunya akan berdampak pada keluarnya aliran modal asing dari emerging market, termasuk Indonesia, serta akan berdampak pada stabilitas nilai tukar rupiah.