Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. memperkirakan kredit yang direstrukturisasi akan terus menurun dari Rp56,67 triliun pada Mei 2021 menjadi Rp31,8 triliun pada akhir tahun ini.
Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan dalam program pemulihan ekonomi nasional, pihaknya turut melakukan program restrukturisasi kredit kepada debitur terdampak. Perseroan memberikan keleluasaan kepada debitur untuk memanfaatkan POJK 11/2020 yang kemudian diubah menjadi POJK 48/2020.
Haru menyebutkan BTN memiliki portofolio restrukturisasi Covid-19 sampai dengan Mei 2021 sebesar Rp56,67 triliun. Segmen yang menyumbang paling besar dalam portofolio restrukturisasi tersebut yakni segmen konsumer sebesar 69,5 persen. Kemudian, disusul oleh kredit komersial sebesar 16,6 persen, korporasi 6,8 persen, syariah 6,7 persen, dan UMKM 0,4 persen.
Restrukturisasi dilakukan terhadap 337.169 debitur dengan jumlah debitur paling banyak dari segmen konsumer sebesar 90,40 persen. Sementara dari sisi area, restrukturisasi yang terbesar ada di Jawa Barat sebesar 38 persen, disusul Sumatra 20,7 persen, dan di luar Jawa dan Sumbar sebesar 18,53 persen. Adapun, DKI Jakarta dan Banten sebesar 11,7 persen.
Dari jumlah kredit yang direstrukturisasi, perseroan memperkirakan mayoritas kredit masuk dalam kategori low risk. Haru menyebutkan sebesar 93 persen masuk kategori low risk yaitu lancar dan kolektibilitas 2 dengan kondisi ringan. Kemudian, sebesar 3,53 persen masuk kategori medium risk dan sebesar 3,04 persen masuk kategori high risk.
"Upaya kami untuk merestrukturisasi, melakukan penjualan aset dan upaya untuk pelunasan, maka kurang lebih pada 2021 memproyeksikan harapan kami bisa turun menjadi 31,8 triliun. Jadi, masih cukup tinggi," katanya dalam paparan di Komisi XI DPR, Kamis (18/6/2021).
Haru menjelaskan penurunan tersebut berasal dari kategori downgrade menjadi NPL sebesar Rp2,33 triliun. Adapula yang memenuhi syarat untuk perpanjangan restrukturisasi sebesar Rp6,99 triliun.
Selanjutnya, debitur yang kembali normal atau lancar mencapai Rp20,77 triliun. Serta tambahan restrukturisasi baru yang masuk sebesar Rp3 triliun dan pelunasan Rp75 miliar.