Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Neo Commerce Tbk. serius menata sistem keamanan siber perusahaan dengan memperkuat infrastruktur keamanan siber berstandar tinggi dan internasional, seiring maraknya kasus cyber-crime di tengah masyarakat.
Statistik dari Patroli Siber Kepolisian Indonesia menunjukkan terdapat peningkatan kasus per tahun dari 2015 sampai 2021. Dari sekitar 20.000 laporan kasus yang tercatat, sebanyak 8.541 kasus masuk dalam kategori penipuan online. Hasil laporan Global Cybersecurity Index (GCI) menunjukkan Indonesia adalah negara ke-6 di Asia Pasifik dengan keamanan siber yang tinggi, meskipun demikian, penipuan online di Indonesia masih menjadi persoalan.
Direktur Utama Bank Neo Tjandra Gunawan mengatakan keamanan siber dan proteksi data nasabah selalu menjadi perhatian utama Bank Neo. Perseroan menyadari perlu terus mengembangkan teknologi perbankan digital demi mengurangi celah keamanan yang bisa merugikan nasabah.
"Kami akan terus melakukan edukasi secara berkala dan mengimbau Neo Customers untuk selalu menerapkan cyber-hygiene, yakni dengan membangun kebiasaan untuk menjaga keamanan data pribadi masing-masing dan melindungi diri dari tindakan kejahatan siber seperti serangan malware ataupun hackers," katanya melalui siaran pers, Selasa (10/8/2021).
Dari segi penguatan infrastruktur, Bank Neo dan Huawei telah bekerja sama meliputi perlindungan untuk server dan network perangkat atau lebih dikenal dengan firewall. Perseroan juga memanfaatkan sistem pengelolaan data dari Tencent Cloud yang akan membantu menjaga data dan privasi nasabah dengan efektif dan juga aman dari data breaching di sisi sistem, melalui solusi Tencent yang disebut Tencent Distributed Database (TDSQL).
Sebagai pelopor bank digital di Indonesia, lanjutnya, Bank Neo memiliki tanggung jawab untuk memberikan edukasi berkelanjutan kepada masyarakat tentang pentingnya cyber-hygiene. Bank Neo aktif untuk memberikan penyuluhan dan berbagi informasi bermanfaat di berbagai kanal komunikasi seperti sosial media, membuat artikel di media massa, dan juga melalui webinar.
Baca Juga
"Tidak dapat dipungkiri, kini marak penipuan yang dilakukan oknum dengan sasaran pada masyarakat yang awam terhadap teknologi, oleh karenanya Bank Neo mengambil langkah aktif untuk terus mengingatkan masyarakat terkait cyber-hygiene,” imbuhnya.
Bank Neo menghimbau seluruh nasabah untuk menerapkan kebiasaan cyber-hygiene untuk setiap aplikasi penting yang berhubungan dengan informasi sensitif, seperti data pribadi dan data finansial. Menjaga keamanan data adalah kewajiban pemilik rekening agar selalu terhindar dari aksi-aksi kejahatan siber.
Berikut ini adalah beberapa langkah untuk memulai cyber-hygiene demi menjaga keamanan perangkat pengguna smartphone:
1. Selalu memperbarui OS dan aplikasi-aplikasi yang digunakan
2. Mengaktifkan autentikasi dua faktor (two-step authentication) untuk keamanan tambahan suatu aplikasi
3. Memanfaatkan fungsi biometric pada aplikasi keuangan
4. Selalu ingat untuk melakukan langkah-langkah preventif lainnya seperti tidak membagikan data rahasia, mulai dari username, password, sampai menginformasikan kode OTP kepada pihak yang tidak dikenal
5. Selalu melakukan verifikasi apabila dihubungi oleh pihak yang mengatasnamakan Bank Neo jika tidak melalui hotline resmi perseroan
Bank Neo berharap masyarakat dapat lebih berhati-hati dalam mengantisipasi kasus penipuan yang marak terjadi. Bank Neo tidak pernah meminta data diri untuk membuka rekening, apalagi yang diimingi dengan hadiah tertentu.
Selain itu, Bank Neo tidak pernah meminjam KTP untuk mendaftar rekening neo+ melalui smartphone yang bukan milik calon nasabah. Juga tidak pernah meminta nomor akun, sandi neo+, dan kode OTP, serta tidak pernah membagikan tautan apapun saat proses pendaftaran rekening di neo+.