Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK Sebut 5 Alasan Gerakan Menabung Krusial Bagi Pelajar

Survei OJK pada 2019 menunjukan tingkat literasi dan inklusi keuangan di kalangan pelajar relatif rendah. Di sisi lain, pemahaman keuangan menjadi penting agar bisa bertahan di masa sulit saat ini.
Peringatan Hari Indonesia Menabung di Provinsi Riau dilaksanakan secara virtual dengan siswa sekolah di seluruh kabupaten/kota Riau. Kegiatan ini ditaja OJK Riau dalam mendorong inklusi keuangan pada 27 Agustus 2020 lalu. Bisnis/Eko Permadi.
Peringatan Hari Indonesia Menabung di Provinsi Riau dilaksanakan secara virtual dengan siswa sekolah di seluruh kabupaten/kota Riau. Kegiatan ini ditaja OJK Riau dalam mendorong inklusi keuangan pada 27 Agustus 2020 lalu. Bisnis/Eko Permadi.

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan menyatakan tingkat literasi dan inklusi keuangan di kalangan pelajar relatif rendah. Padahal, kemampuan mengelola keuangan dibutuhkan agar bisa bertahan di masa sulit akibat pandemi Covid-19.

Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara mengatakan Covid-19 memberikan dampak yang signifikan bagi masyarakat Indonesia. Berbagai kebijakan telah diberikan pemerintah, seperti aturan untuk membatasi penyebaran Covid-19, gerakan vaksinasi, hingga serangkaian stimulus untuk menggerakkan kembali roda perekonomian.

"Banyak yang tidak siap menghadapi situasi darurat seperti yang kita alami saat ini, termasuk para pelajar" ujar Tirta dalam acara webinar virtual bertajuk KREASI (Kejar Prestasi Anak Indonesia), pada Selasa (24/6/2021).

Tirta mengimbau pelajar agar membiasakan untuk menabung sejak dini. Setidaknya ada lima alasan gerakan menabung untuk pelajar menjadi sangat krusial, penting, dan strategis. "Yang pertama, pelajar perlu dipersiapkan untuk membangun Indonesia di masa mendatang," katanya.

Tirta menyebut jumlah pelajar mencapai 65 juta pelajar atau sekitar 25 persen dari total penduduk Indonesia. Pelajar dinilai perlu memiliki pemahaman keuangan yang memadai sehingga bisa menjadi pelaku ekonomi strategis.

Kedua, survei OJK pada 2019 menunjukan tingkat literasi dan inklusi keuangan di kalangan pelajar relatif rendah. Tingkat literasi keuangan usia 15-17 tahun hanya 16 persen, jauh di bawah tingkat literasi keuangan nasional sebesar 38 persen.

Demikian pula, tingkat inklusi keuangan usia 15-17 tahun hanya 58 persen, jauh di bawah tingkat inklusi keuangan nasional sebesar 76 persen. Ketiga, tingkat inklusi keuangan yang rendah membuat pelajar lebih rentan dari sisi keuangan.

"Umumnya mereka belum berpenghasilan. Dan bila memiliki uang lebih banyak dihabiskan untuk kesenangan dibandingkan menabung atau berinvestasi. Menjadikan mereka lebih rentan dari sisi keuangan," jelasnya.

Keempat, sebagian besar dari mereka tidak menyiapkan dana darurat. Padahal, Covid -19 menyadarkan masyarakat terhadap pentingnya memperkuat ketahanan keuangan atau financial resiliance agar bisa bertahan di masa sulit.

Terakhir, pelajar suka mengikuti tren seperti tokoh idola atau influencer di media sosial. "Oleh karena itu, pemahaman keuangan menjadi sangat penting agar pelajar tidak mudah terperdaya oleh janji-janji manis yang dilontarkan oleh influencer ketika berinvestasi ataupun bergaya-gaya yang berlebihan," tutup Tirta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Khadijah Shahnaz
Editor : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper