Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), Jahja Setiaatmadja, menilai pesatnya perkembangan bank digital tidak serta-merta mengakomodir seluruh kebutuhan nasabah.
Dia menyebutkan dalam sehari BCA melayani 40 juta transaksi. Dari jumlah itu, 86,3 persen aktivitas dilakukan di luar cabang, sebanyak 13 persen di anjungan tunai mandiri (ATM), dan 0,7 persen datang ke kantor cabang untuk melakukan setor dan tarik dalam jumlah besar.
Menurutnya, hal itu menunjukkan perkembangan bank digital belum bisa menggantikan uang tunai secara langsung. Namun, dia tidak menampik bahwa kehadiran bank digital telah mengurangi penggunaan uang tunai dalam jumlah besar.
“Tetapi begitu whole ekonomi growth, kebutuhan bisnis nambah, transaksi yang merakyat pun banyak, dan banyak juga pedagang-pedagang kecil yang belum siap untuk siap menerima itu,” ujarnya dalam webinar Bisnis Indonesia Banking Outlook 2021, Selasa (7/9/2021).
Jahja menuturkan meski Bank Indonesia (BI) telah menyediakan sarana, seperti layanan pembayaran dengan memindai kode QRIS (quick response code Indonesian standard), tetapi hal itu membutuhkan waktu untuk menyosialisasikan ke seluruh merchants.
Namun, di sisi lain, Jahja menyatakan bahwa digitalisasi perbankan adalah keniscayaan. Sebab, ceruk pasar di segmen generasi muda membutuhkan layanan khusus yang bisa diberikan oleh bank digital secara penuh.
Baca Juga
“Untuk generasi muda, kami harus siap menyediakan digital untuk mempermudah mereka. Tetapi dalam kenyataan, kami tidak bisa memaksakan seluruh nasabah kami untuk melakukan itu,” pungkasnya.
Pada Juni 2021, transaksi internet banking BCA naik 33 persen dari 750 juta transaksi menjadi 1 miliar transaksi secara tahunan. Sementara itu, transaksi mobile banking BCA melonjak sebesar 66 persen yoy dari 1,41 miliar kali menjadi 2,35 miliar kali per Juni 2021