Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencetak kinerja solid yang tercermin dari perolehan laba mencapai Rp7,7 triliun sepanjang periode Januari-September 2021, atau tumbuh 73,9 persen secara year on year (yoy).
Direktur BNI Utama Royke Tumilaar mengatakan sampai dengan Kuartal III/2021, BNI berhasil mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 73,9 persen secara yoy. Laba tumbuh dari Rp4,3 triliun menjadi Rp7,7 triliun per September 2021.
Pertumbuhan laba terutama didorong oleh pertumbuhan Fee Based Income (FIB) dan Net Interest Income (NIM) masing-masing sebesar 16,8 persen dan 17,6 persen secara yoy.
“Pencapaian ini juga merupakan hasil dari transformasi digital BNI yang salah satunya ditujukan untuk penguatan kapabilitas dalam transactional banking,“ ujar Royke dalam Konferensi Pers Paparan Kinerja Keuangan BNI Senin (25/10).
Royke menambahkan BNI mencatat kinerja penghimpunan dana murah yang sangat sehat. Hal itu menjadi salah satu faktor pendukung kinerja kredit yang solid.
“Komposisi himpunan dana murah atau CASA mencapai 69,7 persen dari total Dana Pihak Ketiga (DPK) atau tertinggi dalam 10 tahun terakhir ini,” kata Royke.
Baca Juga
Secara rinci, CASA tumbuh 8 persen yoy, yaitu dari Rp431,3 triliun pada kuartal III/2020 menjadi Rp465,7 triliun pada kuartal III/2021. CASA mendominasi DPK yang juga tumbuh 1,4 persen yoy, dari Rp659,52 triliun pada kuartal III/2020 menjadi Rp668,55 triliun pada kuartal III/2021. Pertumbuhan CASA tersebut berdampak pada penghematan beban bunga sebesar 10 basis poin dari kuartal sebelumnya.
Pendapatan Operasional sebelum Pencadangan (PPOP) tumbuh 21,0 persen yoy yang tercapai dengan adanya struktur pendanaan (funding) berbiaya murah yang kuat, dimana berkontribusi dalam recovery Net Interest Margin (NIM) sebesar 50 basis poin yoy. Pendapatan bunga bersih (NII) meningkat 17,6 persen yoy, yaitu dari Rp24,39 triliun pada kuartal III/2020 menjadi Rp28,70 triliun pada kuartal III/2021. Pertumbuhan NII ini merupakan efek pendistribusian kredit BNI yang masih tumbuh 3,7 persen yoy, yaitu dari Rp550,07 triliun pada kuartal III/2020 menjadi Rp570,64 triliun pada kuartal III/2021.
Perseroan juga mencatatkan pertumbuhan pndapatan non bunga yang kuat sebesar 14,2 persen yoy, yaitu dari Rp8,94 triliun pada kuartal III/2020 menjadi Rp10,21 triliun pada kuartal III/2021. Pertumbuhan pendapatan non bunga bersumber dari peningkatan kinerja sumber FBI penting perseroan, seperti pemeliharaan kartu debit dan rekening yang tumbuh 5,8 persen yoy dari Rp1,81 triliun pada kuartal III/2020 menjadi Rp1,92 triliun pada kuartal III/2021, kemudian pendapatan layanan ATM dan e-channel yang tumbuh 12,4 persenn yoy dari Rp1,01 triliun pada kuartal III/2020 menjadi Rp1,14 triliun pada kuartal III/2021.
Demikian juga FBI dari layanan Trade Finance yang meningkat 19,8 persen yoy dari Rp901 miliar pada kuartal III/2020 menjadi Rp1,08 triliun pada kuartal III/2021. Serta pendapatan komisi dari Marketable Securities yang tumbuh 54,4 persen yoy, dari Rp1,04 triliun pada kuartal III/2020 menjadi Rp1,59 triliun pada kuartal III/2021.