Bisnis.com, JAKARTA – Laporan terbaru dari platform perbankan cloud SaaS, Mambu mengungkapkan sebanyak 75 persen konsumen perbankan di kawasan Asia-Pasific (APAC) mengaku cenderung menggunakan perbankan digital sebagai saluran perbankan utama pasca pandemi.
Laporan tersebut mensurvei 4.500 konsumen di seluruh dunia, di mana 1.005 di antaranya berada di kawasan APAC. Dalam laporan yang berjudul “The Financial Tribes You Need to Know”, terdapat hampir 65 persen konsumen di APAC yang benar-benar memanfaatkan layanan perbankan digital selama 18 bulan terakhir. Sementara, dua dari lima nasabah di seluruh dunia mulai menggunakan perbankan digital untuk pertama kalinya akibat situasi pandemi.
“Dalam perspektif global, konsumen APAC merupakan pengguna terbesar produk-produk baru perbankan dan paling cenderung memilih bank yang lebih mengutamakan manfaat daripada laba,” tulis laporan tersebut, dikutip Bisnis, Rabu (17/11/2021).
CEO Mambu, Eugene Danilkis menyampaikan, setiap kelompok membuka pola adaptasi perilaku konsumen dan langkah antisipatif yang harus ditempuh oleh bank untuk tetap menjadi yang terdepan.
“Segmentasi nasabah konvensional dalam layanan keuangan sudah tidak berlaku lagi. Model tunggal untuk semua kategori atau yang lebih dikenal dengan demografi sederhana, yang membagi nasabah berdasarkan jumlah nominal pendapatan, menjadi sia-sia belaka di dunia keuangan yang terbuka dan kaya data,” ujarnya.
Menurut Manajer Umum Mambu di Indonesia, Husni Fuad, laporan tersebut sangat relevan bagi pasar Indonesia, mengingat cepatnya arus perubahan transformasi ketika menghadapi dan keluar dari pandemi.
Baca Juga
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumen di Asia Pacific sudah sangat memahami manfaat layanan keuangan digital, di mana 26 persen di antaranya menikmati berbelanja online setiap pekan atau setiap hari jika dibandingkan dengan sebelum pandemi yang hanya 16 persen. Selain itu, 42 persen di antaranya menggambarkan bahwa kebiasaan berbelanja masyarakat merupakan sesuatu yang spontan.
“Survei ini juga mengidentifikasi bahwa konsumen di APAC juga suka memegang uang, dengan lebih dari 71 persen di antaranya memilih investasi daripada membelanjakan uang. Dunia perbankan Indonesia dapat memanfaatkan survei ini untuk lebih memahami perilaku nasabah mereka pasca pandemi,” imbuhnya.
Menurut Danilkis, dunia perbankan harus berbenah dan serius merancang pola hubungan dengan kelompok-kelompok nasabah dalam masyarakat yang terus berubah dinamis.
Tak hanya itu, Danilkis juga berharap agar dunia perbankan bisa memikat daya masyarakat dengan meluncurkan aneka produk dan pengalaman yang memenuhi nilai komunal dan kebutuhan keuangan.