Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Bank Mandiri Tbk. memperkirakan realisasi kredit perbankan pada 2022 dapat meningkat, meski pada akhir tahun ini Indonesia tengah ada ancaman varian Omicron.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengimbau negara-negara di Asia Pasifik untuk meningkatkan kapasitas perawatan kesehatan dan mempercepat distribusi vaksin untuk mempersiapkan lonjakan kasus Covid-19 yang dipicu oleh varian Omicron.
Varian baru tersebut pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada bulan lalu dan dikategorikan sebagai "variant of concern" oleh WHO. Para ilmuwan masih mengumpulkan data untuk menentukan seberapa menular Omicron dan tingkat keparahan penyakit yang ditimbulkannya.
Omicron telah merebak di 38 negara per Sabtu, (4/12/2021). Virus tersebut mulai terdeteksi di Asia pekan ini, dengan kasus terjadi di Australia, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, dan India. Banyak pemerintah telah menanggapi dengan memperketat aturan perjalanan.
Terkait dengan hal itu, Direktur Keuangan BNI, Novita Widya Anggraini menyatakan perseroan tetap memproyeksikan pertumbuhan kredit di kisaran 7 persen hingga 9 persen. Hal ini seiring dengan penerapan manajemen risiko yang kuat, sekaligus memegang prinsip kehati-hatian.
“Kami punya manajemen risiko yang kuat. Jadi, kami mesti hati-hati dan kami juga melakukan review secara berkala tiga bulan sekali. Kalau memang ada dampak, kami bisa antisipasi secepatnya,” ujar Novita saat ditemui di Jakarta, baru-baru ini.
Dengan demikian, tambahnya, meski ada varian baru Covid-19, emiten bank dengan sandi BBNI itu akan tetap berfokus pada pertumbuhan di segmen yang prudent. Dia mencontohkan seperti segmen korporasi yang memiliki ekosistem dan rantai nilai.
“Kemudian, KUR [kredit usaha rakyat] juga akan kami kerahkan ke sana, lalu konsumer itu basisnya digital. Jadi, walaupun ada varian-varian seperti itu, kalau manajemen risikonya kuat, ya, masih aman,” tuturnya.
Novita menambahkan sektor lain yang berpeluang meningkat, yakni industri pengolahan, pertanian, perkebunan dan industri perikanan.
Hingga kuartal III/2021, BNI mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 3,7 persen menjadi Rp570,64 triliun. Pertumbuhan itu, ujar Novita, sejalan dengan rerata pertumbuhan kredit industri perbankan nasional di kisaran 2,2 persen pada September 2021.
Sementara itu, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan bahwa meski saat ini sedang ada varian baru dari Covid-19, Omicron, penyaluran kredit perbankan dipercaya masih tetap tumbuh high single digit pada 2022.
Menurutnya, hadirnya varian baru Omicron akan memiliki dampak, apabila terjadi pembatasan aktivitas. Kendati demikian, dia optimistis proses pemulihan dapat berjalan cepat selaras dengan kian adaptifnya masyarakat terhadap kondisi pandemi Covid-19.
“Untuk 2022, kami lebih optimistis daripada tahun ini. Namun, tentu kewaspadaan dan kehati-hatian tetap kami ke depankan karena kami tidak tahu persis apakah [pandemi] ini sudah berakhir atau belum,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia (BI) melihat penyaluran kredit pada tahun depan akan tumbuh di kisaran 6 hingga 8 persen. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan naik sebesar 7 sampai 9 persen.
Perkembangan tersebut akan didukung oleh stabilitas sistem keuangan yang tetap terjaga pada tahun depan. Kinerja fungsi intermediasi perbankan juga akan didorong oleh rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan yang tetap tinggi, serta likuiditas melimpah.