Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan PT BFI Finance Indonesia Tbk. (BFI Finance) semakin gencar mematangkan strategi transformasi digital pada periode 2022.
Direktur Bisnis BFI Finance, Sutadi menjelaskan bahwa tujuan akhir setiap inisiatif digital tentu untuk membawa dampak pada pola komunikasi dengan konsumen, yang akhirnya membawa perusahaan mampu melakukan perluasan jangkauan dan regenerasi debitur.
"Jangkauan kami menjadi lebih luas, termasuk ke generasi millenial dan zillenial. Alias generasi yang sangat aktif, dengan pilihan aktivitas beragam, serta selalu mengandalkan internet dan gadget sebagai saluran interaksi dan aktualisasi diri," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (4/1/2021).
Menurut Sutadi, inilah salah satu alasan kenapa setiap lembaga jasa keuangan, termasuk perusahaan pembiayaan, pasti mulai gencar membangun berbagai inisiatif digital mereka sendiri, terutama sejak era pandemi.
Pasalnya, periode 2020 dan 2021 menjadi awal awareness masyarakat terhadap layanan 'serba online' semakin pesat, yang turut didorong oleh peran kaum muda, yang notabene terbiasa dan senang menyebarkan informasi terkait teknologi ke orang tua, rekan, sampai media sosial.
Oleh sebab itu, bagi BFIN sendiri era 2021 lalu fokus transformasi digital telah terealisasi untuk rekrutmen karyawan atau pengembangan talenta dan kapabilitas untuk IT, Risk Management, dan Data Management. Dukungan talenta ini diharapkan dapat mendorong transformasi digital, khususnya terkait dengan proses akuisisi bisnis secara digital dan bersifat seamless.
Baca Juga
Adapun, dari sisi platform, BFIN memilih membangun sistem Open Application Programming Interfaces (Open API) bertajuk BFI Connect yang meluncur pada 13 April 2021, bertujuan memperbanyak kanal digital BFIN lewat mitra penyelenggara platform digital yang berminat ikut menjadi penghubung penyalur produk pembiayaan BFIN.
"Saat ini kami masih terus mengembangkan fasilitas dan layanan yang dapat diberikan secara maksimum melalui aplikasi BFI Connect. Ke depan, kami memproyeksi bahwa layanan ini tidak sekedar menjadi open API untuk partner potential saja, melainkan menjadi perpanjangan layanan digital BFI untuk semua produk dan layanan pembiayaan di BFI," jelasnya.
Selain itu, BFIN juga membangun anak usaha pinjaman online atau 'pinjol' teknologi finansial peer-to-peer (P2P) lending PT Finansial Integrasi Teknologi (Pinjam Modal) untuk mengakomodasi pembiayaan singkat di sektor produktif, seperti modal usaha atau supply chain.
Pinjam Modal akan menjadi alat BFIN untuk masuk ke dalam ekosistem digital tertentu yang membutuhkan layanan pembiayaan secara langsung. Beberapa yang telah terealisasi pada 2021, antara lain ekosistem pedagang pasar di platform GrosirOne, shipper Ninja Xpress, dan pelaku UMKM Sahabat SiCepat.
"Salah satu bagian penting dari strategi digital kami juga termasuk kolaborasi dan optimalisasi teknologi dengan konsep open API yang dikembangkan oleh Pinjam Modal. Sebagai gambaran, saat ini aplikasi pinjammodal.id menggunakan arsitektur micro services dan memiliki 100 micro engines yang terkoneksi dengan lebih dari 10.000 APIs," jelasnya.
Direktur Keuangan BFI Finance, Sudjono menambahkan bahwa pihaknya masuk ke dalam tren lembaga keuangan yang mulai meningkatkan nominal capital expenditure (capex) dan operational expenditure (opex) terkait IT pada periode ini.
"Untuk berbagai pengembangan tersebut, BFI telah menganggarkan lebih dari Rp500 miliar investasi baik dalam bentuk capex maupun opex untuk mendukung transformasi digital dalam periode 2 tahun ke depan. Jumlah tersebut terbilang meningkat sangat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," tutupnya.