Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) akan memaparkan laporan kinerja keuangan tahun 2021 dalam waktu dekat.
“Untuk laporan kinerja keuangan BCA terbaru, kami akan sampaikan pada Paparan Kinerja Full Year 2021 yang akan dilaksanakan pada 27 Januari 2022 mendatang,” ujar Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn, Senin (10/1/2022).
Sampai dengan kuartal III/2021, BCA berada di posisi ketiga sebagai bank dengan jumlah aset terbesar. Secara konsolidasi, perseroan berhasil membukukan total aset sebesar Rp1.169,3 triliun per September 2021 atau tumbuh sebesar 16,5 persen secara tahunan (yoy).
BCA juga memperlihatkan membaiknya permintaan kredit, yang ditopang oleh segmen korporasi dan KPR. Hingga September 2021, kedua segmen ini mencatatkan kenaikan masing-masing sebesar 7,1 persen yoy dan 6,5 persen yoy, mencapai Rp269,9 triliun dan Rp95,1 triliun.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) naik 18,3 persen yoy menjadi Rp923,7 triliun. Rinciannya, dana murah atau current account and saving account (CASA) naik 21,0 persen yoy mencapai Rp721,8 triliun, sementara deposito tumbuh 9,7 persen yoy menjadi Rp201,9 triliun.
Seiring pertumbuhan likuiditas yang kokoh serta kinerja outstanding kredit yang membaik, BCA mempertahankan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih (net interest income) selama sembilan bulan pertama tahun 2021, naik 3,3 persen yoy menjadi Rp42,2 triliun.
Baca Juga
Pendapatan selain bunga tercatat Rp15,5 triliun di periode yang sama, atau tumbuh 2,4 persen yoy. Kinerja positif pendapatan selain bunga ditopang kenaikan pendapatan fee dan komisi sebesar 11,2 persen yoy menjadi Rp10,7 triliun.
Secara total, pendapatan operasional tercatat Rp57,6 triliun atau naik 3,1 persen yoy. Sementara itu, laba bersih tumbuh 15,8 persen yoy menjadi Rp23,2 triliun, ditopang oleh penurunan biaya operasional dan biaya provisi kredit yang lebih rendah.
Rasio keuangan BCA tetap kokoh dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 26,2 persen, atau di atas ketentuan regulator. Adapun, kondisi likuiditas tetap memadai dengan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 62,0 persen.
Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) terjaga sebesar 2,4 persen didukung oleh kebijakan relaksasi restrukturisasi. Rasio pengembalian terhadap aset (return on asset) tercatat sebesar 3,5 persen, dan rasio pengembalian terhadap ekuitas sebesar 18,7 persen.
Sebagai tambahan, rasio loan at risk (LAR) tercatat turun ke level 17,1 persen di sembilan bulan pertama tahun 2021, atau dari 19,1 persen pada semester I/2021.