Bisnis.com, JAKARTA – Para investor, Sudah tahukah Anda mengenai portofolio investasi? Berbeda dalam hal pekerjaan, portofolio investasi merupakan sekumpulan aset investasi yang dimiliki seseorang atau badan, seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lainnya.
Setiap pelaku investasi memiliki tujuan untuk mendapatkan pengembalian dana yang diinvestasikan di berbagai jenis sekuritas mengacu dari toleransi risiko dan tujuan keuangan mereka.
Ada banyak jenis portofolio investasi yang berbeda. Lakukan konsultasi ke penasihat keuangan sebelum membuat portofolio dapat membantu Anda menyusun portofolio investasi. Selain itu, Anda juga dapat mencari tahu sendiri bagaimana membuat portofolio sesuai denga kebutuhan Anda berikut ini.
Menentukan Alokasi Aset Portofolio Investasi
Jika ingin berinvestasi, Anda mungkin pernah mendengar tentang alokasi aset. Hal tersebut menjelaskan bagaimana Anda memecah portofolio investasi berdasarkan kelas aset. Kelas aset adalah kategori sekuritas yang berbeda. Misalnya, ekuitas adalah saham. Saham yang Anda miliki sebagai bagian dari perusahaan yang tidak menawarkan pengembalian tetap. Sedangkan pendapatan tetap dapat berupa obligasi dan sertifikat deposito (CD).
Melansir dari Smart Asset pada Rabu (12/1/2022), terdapat beberapa contoh sekuritas berbeda yang dapat Anda gunakan untuk membangun portofolio investasi:
1. Dana yang diperdagangkan di bursa (ETF)
2. Reksa dana
3. Obligasi
4. Real estate investment trusts (REITS)
Catatan penting dalam menentukan aset yang akan digunakan, Anda harus mematuhi tolerasi risiko investasi.
Membuat Portofolio Investasi Menggunakan Toleransi Risiko
Risiko adalah potensi kerugian investasi ketika pasar atau kelas aset tertentu tidak berkinerja baik. Hal yang pasti, selalu ada tingkat risiko ketika Anda berinvestasi.
Jika Anda tidak siap dengan risiko itu, pertimbangkan dengan menyimpan uang Anda di rekening tabungan atau CD. Menyimpan uang di rekening tidak aka nada risiko seperti berinvestasi.
Toleransi risiko adalah jumlah variabilitas yang dapat Anda tangani dengan investasi Anda. Dengan kata lain, mencerminkan seberapa baik Anda dapat mengatasi pasang surut yang datang dengan investasi apa pun. Melalui hal inilah disebut investor sebagai volatilitas pasar.
Kondisi pertama adalah jika Anda membutuhkan uang dalam beberapa tahun dan tidak siap dengan kehilangan, Anda memiliki toleransi risiko yang rendah. Hal ini juga berarti Anda kemungkinan besar tidak akan pulih saat terjadi penurunan besar di pasar.
Di sisi lain, seseorang yang tidak membutuhkan uangnya selama 40 tahun mungkin dapat mentolerir lebih banyak volatilitas dan menghadapi pasang surut. Investor tersebut memiliki waktu untuk menunggu penurunan nilai investasinya sebelum pasar bangkit kembali.
Di dunia investasi, jangka waktu antara sekarang dan saat Anda membutuhkan uang dikenal sebagai ‘horizon’. Anda harus memikirkan hal ini dengan hati-hati saat membangun portofolio investasi.
Masing-masing dari Anda memiliki toleransi yang berbeda terhadap risiko berdasarkan tujuan dan situasi hidup. Misalnya, seorang lulusan perguruan tinggi mungkin dapat berinvestasi secara agresif karena mereka masih memiliki banyak waktu menuju pensiun atau tujuan lainnya.
Sementara itu, seorang pensiunan berusia 75 tahun yang menabung untuk pendidikan beberapa cucu mungkin tidak dapat mengambil risiko penurunan portofolio dan dengan demikian akan memiliki portofolio yang jauh lebih konservatif. Jadi, tentukanlah tujuan Anda dan profil risiko sebelum memulai mengisi portofolio investasi.