Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mandiri Tunas Finance Sebut Diskon PPnBM Dorong Perbaikan Aset Pembiayaan

Harapannya, kebijakan ini mendorong momentum kenaikan penjualan mobil baru tetap berjalan dengan baik, karena hilangnya diskon PPnBM akan mengurangi minat pembelian mobil baru.
Karyawan melayani nasabah di Kantor Mandiri Tunas Finance, Jakarta, Jumat (25/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melayani nasabah di Kantor Mandiri Tunas Finance, Jakarta, Jumat (25/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan PT Mandiri Tunas Finance (MTF) optimistis kebijakan pemerintah untuk membuka lagi periode insentif pajak barang mewah (PPnBM) mobil baru membawa perbaikan buat multifinance.

Direktur Sales & Distribusi Mandiri Tunas Finance, William Francis memang berharap insentif PPnBM yang tahun lalu terbukti membantu industri multifinance bertahan hidup, minimal diperpanjang sampai kuartal I/2022.

Harapannya, momentum kenaikan penjualan mobil baru tetap berjalan dengan baik, karena hilangnya diskon PPnBM akan mengurangi minat pembelian mobil baru.

"Lewat dibukanya kembali kebijakan insentif PPnBM terbaru, momentum penjualan mobil akan terus terjaga. Kami pun semakin optimistis 2022 ini kenaikan penyaluran kredit akan terjadi. Terutama kita akan liat di periode tiga bulan ini, dampak dari kebijakan ini kelihatannya signifikan," ujarnya kepada Bisnis, Senin (17/1/2022).

Sebagai informasi, rencananya jenis mobil low cost green car (LCGC) yang kini memiliki tarif PPnBM sebesar 3 persen, nilai pengenaan pajaknya akan ditanggung penuh oleh pemerintah pada sepanjang kuartal I/2022. Kemudian mengecil hanya 2 persen pada kuartal II/2022, dan berlanjut hanya 1 persen pada kuartal III/2022.

Sementara itu, untuk segmen kendaraan dengan harga Rp200 juta sampai Rp250 juta yang notabene dikenakan PPnBM sebesar 15 persen, pada kuartal I/2022 ini diberikan insentif sebesar 50 persen, sehingga masyarakat hanya membayar PPnBM sebesar 7,5 persen.

William pun menyambut baik tipe mobil yang akan masuk kriteria insentif PPnBM tersebut, karena kebetulan merupakan tipe yang banyak menyumbang aset pembiayaan alias outstanding pelaku pembiayaan.

"Apalagi LCGC, tipe ini memiliki porsi tersendiri di market kami, mudah-mudahan bisa meningkatkan penyaluran kredit dan memperbesar portofolio MTF sepanjang 2022," tambahnya.

Sekadar informasi, MTF terbilang tertolong oleh kebijakan PPnBM tahun lalu sehingga berhasil membukukan pembiayaan baru Rp20,5 triliun, naik 22 persen (year-on-year/yoy) ketimbang periode 2020 di Rp16,74 triliun.

Namun demikian, total aset MTF hingga kuartal III/2021 kondisinya masih turun tipis ke Rp18,23 triliun, dari Rp18,62 triliun pada akhir 2020. Komponen piutang pembiayaan konsumen bersih masih turun dari Rp13,8 triliun ke Rp12,58 triliun, walaupun piutang sewa pembiayaan bersih naik dari Rp3,48 triliun ke Rp4,16 triliun.

Pada periode 2022, multifinance anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. alias BMRI (51 persen) dan PT Tunas Ridean Tbk. alias TURI (49 persen) ini mencoba mengejar pembiayaan baru ke Rp24 triliun, diiringi upaya mengembalikan aset piutang pembiayaan konsumen menuju tren pertumbuhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper