Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mencatat longsornya suku bunga tabungan dan deposito tidak terlalu beriringan dengan bunga kredit.
Dalam laporan analisis perkembangan uang beredar Bank Indonesia bertanggal 24 Januari 2022, disebutkan pada akhir tahun lalu suku bunga simpanan dan pinjaman terus menurun dibandingkan bulan sebelumnya.
Rerata tertimbang suku bunga simpanan berjangka mengalami penurunan tajam di seluruh jenis tenor.
Suku bunga simpanan berjangka tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan menurun menjadi masing-masing 3,05 persen, 3,29 persen, 3,62 persen,dan 3,93 persen pada November 2021 menjadi 2,96 persen, 3,19 persen, 3,52 persen, dan 3,83 persen pada Desember 2021.
Meski demikian, untuk suku bunga simpanan bertenor 24 bulan mengalami peningkatan dari 4,41 persen per November 2021 menjadi 4,73 persen pada Desember 2021.
Saat bunga tabungan turun, Bank Indonesia mencatat produk simpanan berjangka mengalami pertumbuhan dari 2,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada November 2021 menjadi 3,8 persen yoy per Desember 2021. Peningkatan ini terutama terjadi pada bank yang berlokasi di DKI Jakarta dan Jawa Tengah.
Baca Juga
Di sisi lain, BI mencatat tabungan mengalami perlambatan dari 12,0 persen yoy pada November 2021 menjadi 11,7 persen yoy pada Desember 2021, baik pada tabungan rupiah dan valuta asing (valas).
Untuk segmen giro, terjadi pertumbuhan 27,0 persen yoy lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 22,0 persen yoy. Hal ini sejalan dengan peningkatan giro di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Gubernur BI Perry Wajiyo mengatakan, di pasar uang dan pasar dana, suku bunga PUAB overnight dan suku bunga deposito 1 bulan perbankan telah menurun, masing-masing sebesar 26 bps dan 131 bps sejak Desember 2020 menjadi 2,78 persen dan 2,96 persen pada Desember 2021.
Saat suku bunga tabungan turun tajam, tidak demikian dengan bunga kredit. Ruang ini hanya turun tipis. Pada Desember 2021, rata-rata tertimbang suku bunga kredit tercatat sebesar 9,16 persen, turun 9 basis poin (bps) dibandingkan posisi November 2021.
“Aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat yang meningkat mendorong perbaikan persepsi risiko perbankan, sehingga berdampak positif bagi penurunan suku bunga kredit baru,” kata Perry dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 19-20 Januari 2022.
Namun, Perry menjelaskan penurunan suku bunga kredit yang jauh lebih lambat daripada penurunan suku bunga deposito perbankan menyebabkan spread antara suku bunga kredit dan deposito, serta net interest margin (NIM) perbankan, terus mengalami peningkatan.
“Oleh sebab itu, Bank Indonesia memandang peran perbankan dalam penyaluran kredit/pembiayaan termasuk melalui penurunan suku bunga kredit dapat ditingkatkan guna semakin mendorong pemulihan ekonomi nasional,” pungkasnya.