Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) berhasil meningkatkan pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) sepanjang 2021.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, sepanjang tahun lalu, emiten bank berkode BBRI tersebut membukukan FBI secara individual sebesar Rp16,54 triliun. Raihan itu meningkat 8,99 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020, yakni Rp15,18 triliun.
Dalam kurun lima tahun terakhir atau sejak 2017, FBI perseroan secara konsisten terus merangkak naik. Mulai dari Rp10,30 triliun pada 2017 kemudian meningkat ke Rp11,90 triliun pada 2018. Selanjutnya, tahun 2019 mencapai Rp14,23 triliun.
Direktur Utama BRI, Sunarso, mengatakan bahwa digitalisasi perseroan ke dalam ekosistem bisnis menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan FBI pada 2021.
“Penetrasi ke ekosistem digital ini berimplikasi positif terhadap pertumbuhan dana murah [CASA], FBI, hingga bisa menjaring nasabah baru,” ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip pada Senin (7/2/2022).
Dia menambahkan bahwa saat ini BRI menerapkan konsep hybrid bank guna memastikan masyarakat yang belum terlalu familiar terhadap digitalisasi bisa tetap terlayani. BRI mengacu pada tiga prinsip utama dalam menerapkan hybrid bank.
Baca Juga
Pertama, digitalisasi proses bisnis untuk mendongkrak produktivitas serta efisiensi. Implementasi efisiensi bisnis proses ini dapat ditunjukan dari layanan BRImo, BRISpot, serta BRILink.
Kedua, menyertakan digitalisasi BRI dalam ekosistem bisnis. Ketiga adalah optimalisasi layanan secara digital penuh sehingga dapat memperkuat layanan yang lebih customer centric.
Di samping itu, transformasi digital juga berlaku di anak perusahaan, sehingga bisa menimbulkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan menghasilkan diversifikasi pendapatan di BRI Group.
“Sehingga boleh saya katakan kalau kita hanya buat digital bank saja, ya create value sementara tetapi kemudian sustainability-nya tidak menjadi prioritas. Berbeda dengan yang BRI jalankan, di mana keterlibatan transformasi anak perusahaan didukung oleh BRI. Ambil contoh Bank Raya yang akan dijadikan digital bank, disupport penuh oleh induknya,” kata Sunarso.
Perseroan mencatat layanan digital juga semakin diandalkan oleh nasabah. Hal itu tercermin dari BRImo yang konsisten mencatatkan pertumbuhan pengguna hingga dua digit dalam tiga tahun terakhir.
Pada 2019, pengguna BRImo mencapai 2,96 juta dengan frekuensi transaksi 100,74 juta kali yang senilai Rp33,78 triliun. Kinerja itu kemudian semakin kokoh di tahun berikutnya.
Sementara itu, sepanjang 2020, pengguna BRImo naik menjadi 9,05 juta dengan frekuensi transaksi 764,84 juta kali yang membukukan nilai transaksi senilai Rp197,43 triliun.
Sampai dengan akhir 2021 terdapat 14,15 juta pengguna dengan laju transaksi yang melesat hingga 66,24 persen secara year on year menjadi 1,27 miliar transaksi.