Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan pembiayaan digital PT FinAccel Finance Indonesia atau Kredivo percaya bahwa layanan bayar tunda atau paylater masih akan bertumbuh pesat di Indonesia.
Lily Suriani, General Manager Kredivo mengungkap bahwa hal ini turut didorong popularitas platform dagang-el alias e-commerce. Sebab, berkaitan erat dengan adopsi berbagai metode digital payment, termasuk salah satunya paylater.
"Pada awal Kredivo hadir di 2016 lalu, penetrasi paylater di Indonesia masih berada pada tahap awal, bahkan belum cukup familiar di beberapa kalangan masyarakat Indonesia. Namun, saat ini industri paylater telah menjadi industri yang terus bertumbuh secara signifikan dalam waktu relatif cepat," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (17/2/2022).
Hal ini pun tercermin dari preferensi konsumen dalam memilih metode pembayaran digital untuk berbelanja di e-commerce.
Sebanyak 27 persen responden menggunakan paylater untuk berbelanja, paling tidak satu kali dalam setahun terakhir, bersaing dengan metode pembayaran e-wallet dan transfer bank. Transaksi paylater di e-commerce Indonesia juga mengalami peningkatan hingga 8,7 kali.
"Sektor e-commerce menjadi salah satu fokus utama kami dalam meningkatkan penetrasi setiap tahunnya. Kredivo pun telah melakukan integrasi fitur paylater dengan wallet share setidaknya 50 persen di mayoritas merchant e-commerce di Indonesia," jelas Lily.
Baca Juga
Lily juga melihat bahwa paylater juga mampu menjadi strategi yang efektif dan efisien dalam menjangkau masyarakat underbanked di Indonesia dalam hal akses kredit. Penetrasi kartu kredit di Indonesia memang menjadi faktor utama bagi pertumbuhan industri paylater.
Tercatat, sekitar 26 persen atau 47 juta jiwa dari total populasi penduduk dewasa di Indonesia telah memiliki rekening bank namun masih menghadapi keterbatasan akses ke layanan keuangan konvensional di ranah pembiayaan konsumen seperti kartu kredit dan KTA.
"Sehingga, tak heran jika saat ini berbagai kolaborasi strategis juga dilakukan di antara bank konvensional dan pelaku industri paylater mulai dari pendanaan lini kredit, hingga menghadirkan kartu fisik paylater, guna menjangkau lebih banyak masyarakat, terutama kelompok underbanked tersebut," tambahnya.
Riset Perilaku Konsumen E-Commerce Report 2021 pun mengungkapkan pengguna metode pembayaran paylater di Indonesia juga meningkat selama pandemi Covid-19, dengan 55 persen dari konsumen yang menyatakan pernah menggunakan paylater, baru menggunakan saat pandemi.
Di Asia Tenggara, terutama di Singapura, India, dan Filipina, paylater telah menguasai setidaknya 3 persen dari market share transaksi di e-commerce. Sementara itu, secara global pertumbuhan industri paylater juga diprediksi meningkat hingga 2 kali lipat pada periode 2020 - 2024.
Oleh sebab itu, Lily melihat setidaknya ada tiga faktor utama yang mendorong pertumbuhan industri paylater. Pertama, kesenjangan akses kredit di Indonesia yang masih tinggi versus percepatan adopsi digital.
Menurut data Bank Indonesia, jumlah kartu kredit di Indonesia mencapai 16,5 juta pada September 2021, atau mengalami penurunan 6 persen dari jumlah tertinggi 17,5 juta di bulan Februari 2019. Secara keseluruhan, penetrasi kartu kredit di Indonesia hanya mencapai 6 persen dari total populasinya.
Hal ini membawa peluang komersial tinggi bagi digital payment termasuk paylater, terlebih dengan percepatan adopsi digital yang terus meningkat signifikan karena pandemi.
Bahkan, berdasarkan survei, kartu kredit merupakan metode pembayaran yang paling sedikit diminati oleh konsumen saat bertransaksi di e-commerce, yaitu kurang dari 5 persen.
Kedua, paylater juga dirancang untuk memberi nilai tambah bagi merchant, karena bisa meningkatkan sisi transaksi dan memperluas jangkauan pasar.
"Buktinya, melalui integrasi dengan paylater, para merchant Kredivo baik online maupun offline, mampu mengalami peningkatan transaksi, dengan setidaknya mendorong 3 persen hingga 4 persen dari GMV merchant e-commerce teratas," ungkap Lily.
Selain itu, dari sisi Cart Conversion Rate atau persentase pembelian berdasarkan jumlah barang yang disimpan oleh pelanggan di keranjang belanja, memungkinkan merchant yang telah melakukan integrasi dengan paylater memiliki Cart Conversion Rate 50 persen lebih tinggi selama checkout.
Faktor terakhir, yaitu pengalaman seamless bagi konsumen lewat teknologi yang memungkinkan konsumen mendapat persetujuan secara instan. Konsumen akan lebih nyaman, dan berpotensi melakukan transaksi 2 sampai 3 kali lebih sering.
"Inovasi teknologi industri ini mampu menghadirkan sistem skor kredit secara cepat dan kemampuan manajemen risiko yang terjamin. Bahkan, Kredivo telah memiliki matriks risiko setara dengan bank, dengan tetap menerapkan prinsip responsible lending bagi konsumen, yaitu memberikan kredit sesuai kebutuhan konsumen tersebut," ujarnya.
Platform yang mengakomodasi bunga sekitar 2,6 persen per bulan untuk cicilan 6 hingga 12 bulan ini pun optimistis industri paylater Indonesia akan memainkan peranan yang makin besar dalam lanskap digital payment di Asia Tenggara.
"Di Indonesia, kedepannya Kredivo juga akan meningkatkan layanan di kota-kota tier 3, memperluas target konsumen ke sektor produktif, seperti UMKM, hingga penetrasi ke ranah offline, seperti kerjasama terakhir yang dilakukan Kredivo bersama Mitra Adiperkasa dan peluncuran Flexi Card," tutup Lily.
Sebagai informasi, Kredivo saat ini sudah memiliki hampir 5 juta pengguna aktif di Indonesia yang tumbuh hampir 2 kali lipat dalam 10 bulan terakhir, dengan rata-rata pengguna bertransaksi 25 kali menggunakan Kredivo setiap tahunnya, hal ini menunjukkan bagaimana Kredivo memiliki engagement rate yang tinggi untuk yang penggunanya.