Bisnis.com, JAKARTA – Rencana PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI yang akan beralih status menjadi perusahaan BUMN diproyeksikan menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga saham perseroan.
Mengacu data Indo Premier Sekuritas, sepanjang tahun berjalan (ytd) saham BRIS telah diperjualbelikan investor senilai Rp1,74 triliun. BRIS juga cukup laku di kalangan investor asing, meski rasionya tidak besar. Rekapitulasi net buy asing mencapai Rp81,81 miliar ytd per penutupan Rabu (9/3) pekan lalu.
Asep Muhammad Saepul Islam, Pendiri Syariah Saham mengatakan bahwa dengan status sebagai bank BUMN akan memberikan keuntungan kepada BSI. Investor dalam hal ini akan melihat fleksibilitas BSI untuk mempertebal permodalan.
“Apalagi kalau BSI kemudian dapat membuktikan dapat mengelola modal dengan sangat baik untuk meningkatkan profitabilitas,” ujar Asep dalam keterangan tertulis, Senin (14/3/2022).
Asep menjelaskan jika menarik data pada awal 2022, saham BRIS berada dalam tren naik. Namun, harganya masih diuji pada level Rp1.805 per saham. Dari sisi grafik, harga rerata setahun BRIS adalah Rp1.895 per saham.
Menurut Asep, saham BRIS harus mencapai level Rp1.900 terlebih dulu untuk naik lebih jauh. “Kalau itu tembus, boleh jadi itu akan terus naik,” tuturnya.
Sementara itu pengamat pasar modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia, Reza Priyambada, mengatakan BRIS hanya perlu menunggu apresiasi pasar. Terlebih, semenjak resmi berdiri pada 1 Februari 2021 BSI mampu menunjukan kinerja impresif dan melakukan integrasi dengan baik.
Reza menilai bahwa investor saat ini masih menunggu kinerja BRIS pada 2022. Apabila perseroan kembali dapat membukukan capaian cemerlang, sentimen positif terhadap BSI akan semakin kuat. “BSI pernah sentuh level Rp2.000-an. Artinya harga saat ini masih lebih rendah.”
Adapun, President Director of CSA Institute Aria Santoso. Menurutnya kinerja positif BSI akan mendorong harga saham perseroan ke level Rp2.000-an. Di luar dari kinerja perseroan, Aria menilai BSI memiliki prospek bisnis yang terbuka lebar.
FUNDAMENTAL
Secara fundamental, bank syariah terbesar di Tanah Air itu membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 38,42 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp3,03 triliun.
Kinerja impresif BSI juga tercermin dari rasio-rasio penting bank. Tingkat pengembalian ekuitas atau return on equity (ROE) BSI naik dari 11,18 persen menjadi 13,71 persen. Return on asset (ROA) juga mengalami pertumbuhan dari 1,38 persen menjadi 1,61 persen.
Sejalan dengan itu, aset bank naik 10,73 persen yoy menjadi Rp265,29 triliun. Hal ini disokong oleh penyaluran pembiayaan yang mencapai Rp171,29 triliun atau naik sekitar 9,32 persen yoy. Bila dirinci, pembiayaan konsumer mencapai Rp82,33 triliun, naik sekitar 19,99 persen yoy.
Disusul pembiayaan gadai emas yang bertumbuh 12,92 persen yoy. Pada periode yang sama pembiayaan mikro tumbuh 12,77 persen yoy dan pembiayaan komersial naik 6,86 persen yoy. Kinerja positif tersebut masih berlanjut hingga awal tahun ini.
Per Januari 2022, BSI mengantongi laba bersih setelah pajak senilai Rp320,3 miliar. Jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya, perseroan telah menorehkan pertumbuhan lebih dari 40 persen.