Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gangguan Mobile Banking Mandiri (BMRI) dan BCA (BBCA), Bukti Layanan Digital Bank Punya PR Segudang

Jumlah pengguna internet yang besar dan penetrasi ponsel yang cepat berdampak pada transaksi digital, khususnya di sektor perbankan. Jutaan transaksi digital terjadi setiap harinya. 
Mobile banking. /Istimewa
Mobile banking. /Istimewa

Sementara itu Sekjen Asosiasi Penyelenggara Data Center Indonesia (Idpro) Teddy Sukardi mengatakan tidak ada hitungan pasti rasio server atau kapasitas yang dibutuhkan di sebuah perbankan untuk mengantisipasi lonjakan transaksi. Misalnya, jumlah transaksi per hari 3 juta, maka server harus dapat menampung transaksi 2 kali lipat dari itu. Tidak ada rumusnya. 

Teddy menjelaskan hal tersebut disebabkan jumlah data dalam setiap transaksi yang diproses oleh bank berbeda-beda. Hanya saja, lanjutnya, perbankan tetap perlu menyiapkan infrastruktur digital yang andal, tidak hanya yang memiliki kapasitas besar, juga memiliki sistem cadangan (redundant system) yang mumpuni. 

Sistem cadangan berfungsi untuk mengantisipasi seandainya terjadi gangguan, karena trafik transaksi tinggi dan lain sebagainya, yang menyebabkan keruntuhan, sistem dapat segera pulih dalam waktu cepat. 

Dengan jumlah transaksi yang mencapai jutaan, dengan nilai triliunan rupiah per hari yang dikelola, maka seharusnya haram bagi bank untuk terjadi gangguan pada layanan digitalnya.   

Bank, menurut Teddy, menjalankan bisnisnya berdasarkan manajemen risiko. Padamnya sistem digital akan merugikan banyak pihak, baik bagi nasabah ataupun bagi bank itu sendiri. Nasabah gagal melakukan transaksi untuk hal penting, sementara itu reputasi bank di mata nasabah berkurang.    

“Ada juga kerugian finansial, transaksi triliunan rupiah terganggu karena sistemnya ‘batuk-batuk’ dan yang tidak kalah penting, kerugian image sebagai bank yang andal, hilang,” kata Teddy. 

Teddy menambahkan dengan pendapatan besar yang diperoleh bank dari transaksi digital, seharusnya bank melakukan manajemen risiko. 

Mereka perlu berhitung investasi yang harus disiapkan untuk menjaga transaksi agar tetap berjalan lancar. 

“Jadi mobile banking itu harus zero downtime, kalau bisa tidak pernah mati sepanjang tahun. Untuk Itu butuh investasi,” kata Teddy. 

Investasi, sambungnya, dapat dilakukan untuk membangun sistem discover recovery center untuk menghadapi bencana yang tidak terduga, atau melakukan desentralisasi data agar tidak terpusat pada satu titik saja. Selain itu bisa juga investasi di kapasitas. Banyak strategi untuk mengelola risiko perbankan di era digital. 

Seperti diketahui dalam 2 bulan terakhir, dua bank besar di Indonesia mengalami gangguan layanan yang membuat para nasabah tidak dapat melakukan transaksi, mengirim dan menarik uang, melalui aplikasi atau digital. Gangguan tersebut terjadi di waktu-waktu padat transaksi selama berjam-jam. 

Sebagai nasabah bank, kita pun berharap agar layanan digital banking makin andal. Melayani nasabah dengan aman dan mudah. Tidak perlu ada lagi bank yang mengalami gangguan dalam layanan digitalnya. Bukan begitu? 

Halaman Sebelumnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper