Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat bahwa pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan melampaui kinerja penyaluran kredit per Februari 2022.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menuturkan ketahanan perbankan masih cukup kuat, didukung oleh tingkat permodalan yang tinggi di level 25,8 persen. Likuiditas juga longgar di tengah meningkatnya ketegangan konflik geopolitik Rusia dan Ukraina, serta percepatan normalisasi kebijakan moneter bank sentral dunia.
Purbaya melanjutkan bahwa per Februari 2022, total aset perbankan tumbuh 10,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Hal ini ditopang oleh DPK yang tumbuh 11,1 persen yoy, sementara kredit naik 6,3 persen yoy.
“Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dari pertumbuhan kredit membuat likuiditas perbankan masih longgar dengan loan to deposit ratio (LDR) di level 78,0 persen,” ujar Purbaya dalam acara Silaturahmi LPS dan Perbankan di Jakarta, Selasa (12/4/2022).
Dia melanjutkan bahwa hal itu juga tercermin pada tingginya aset likuid bank, yang didominasi oleh penempatan pada SBN (Surat Berharga Negara) dan di Bank Indonesia (BI).
Dari sisi kualitas aset, lanjutnya, kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross terjaga di level 3,1 persen. Namun, kondisi tersebut masih dibayangi oleh potensi peningkatan risiko kredit dari kredit yang direstrukturisasi dan kredit kolektibilitas.
LPS mencatat saat ini rasio loan at risk (LAR) sebesar 19,8 persen dan rasio kredit restrukturisasi sebesar 16,4 persen. Apabila dibandingkan dengan tahun 2020, rasio risiko kredit tersebut telah menunjukkan tren perbaikan.
Purbaya menuturkan sebagai bentuk mitigasi risiko kredit, perbankan terus memupuk cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) secara bertahap yang telah mencapai Rp353,7 triliun per Februari 2022. Alhasil, rasio coverage CKPN terhadap NPL relatif tinggi mencapai 199,4 persen.