Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2022.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan langkah tersebut akan tetap diambil BI dalam RDG bulan ini dengan pertimbangan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan stabilitas harga atau inflasi.
Dari sisi rupiah, dia menyampaikan, sentimen hawkish the Fed mendorong penguatan dolar AS terhadap mata uang global, termasuk rupiah. Namun, depresiasi mata uang rupiah lebih rendah dibandingkan mata uang negara lain.
“Pelemahan rupiah cenderung tercatat secara tahun kalender lebih terbatas dengan pelemahan 2,7 persen [year-to-date/ytd] dibandingkan mata uang lainnya, seperti ringgit Malaysia yang terdepresiasi 5,1 persen ytd; bath Thailand yang melemah 3,5 persen ytd dan yuan China terdepresiasi 5 persen ytd,” katanya kepada Bisnis, Senin (23/5/2022).
Di samping itu, dari sisi eksternal, Josua mengatakan kinerja neraca dagang masih tetap solid, dengan mencatatkan surplus US$16,9 miliar pada periode Januari—April 2022, serta neraca transaksi berjalan yang tercatat surplus 0,07 persen dari PDB pada kuartal I/2022.
Lebih lanjut, pemerintah juga telah memberikan sinyal akan mempertahankan harga BBM Pertalite, LPG 3 kg dan tarif listrik <3000VA dalam rangka menjaga daya beli masyarakat, dengan menaikkan belanja subsidi energi pada APBN 2022.
Baca Juga
“Dengan demikian, tekanan inflasi pada semester II/2022 yang awalnya diperkirakan akan didorong oleh penyesuaian harga energi, maka ekspektasi inflasi cenderung akan lebih rendah dari asumsi terdapat penyesuaian harga energi tersebut,” jelasnya.
Oleh karena itu, dengan ekspektasi inflasi yang terjaga, di mana inflasi sisi permintaan tidak lebih signifikan dibandingkan kenaikan inflasi sisi pasokan, serta dengan pergerakan nilai tukar rupiah saat ini, BI diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuan.
“BI diperkirakan masih akan mempertimbangkan untuk menahan suku bunga acuannya sehingga dapat mendukung momentum pemulihan ekonomi Indonesia pada tahun ini,” tutur Josua.