Bisnis.com, JAKARTA – Transaksi menggunakan kartu ATM dan debit mengalami penurunan, seiring dengan hadirnya layanan keuangan berbasis digital, seperti mobile banking.
Berdasarkan Statistik Sistem Pembayaran dan Infrastruktur Pasar Keuangan Indonesia (SPIP) yang dirilis Bank Indonesia, kartu ATM dan debit baik secara volume maupun nilai transaksi mengalami kontraksi per Mei 2022.
Mengacu data tersebut, volume transaksi di ATM dan debit turun 6,4 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), dari 626,92 juta menjadi 586,71 juta per Mei 2022. Penyusutan juga diikuti dengan turunnya nilai transaksi sebesar 9,7 persen yoy. Nilai itu turun dari semula Rp669,96 triliun menjadi Rp605,27 triliun.
Adapun, Jawa Barat menjadi kawasan dengan volume transaksi penggunaan kartu ATM dan debit tertinggi per Mei 2022. Transaksinya mencapai 101,79 juta kali transaksi. Posisi kedua ditempati DKI Jakarta dengan 93,55 juta transaksi, lalu Jawa Timur mencapai 70,34 juta transaksi.
Kemudian, Jawa Tengah mengekor di belakangnya dengan volume mencapai 57,98 juta transaksi, serta Banten menempati posisi kelima dengan 32,51 juta transaksi.
Secara nilai transaksi, Jawa Barat mencatat nilai transaksi penggunaan ATM dan debit senilai Rp95,32 triliun dan disusul DKI Jakarta dengan nilai Rp83,7 triliun. Lalu, ada Jawa Timur dengan nilai transaksi per Mei 2022 mencapai Rp75,78 triliun.
Selanjutnya, Jawa Tengah dan Banten masing-masing mencatatkan nilai transaksi sebesar Rp62,31 dan Rp31,3 triliun pada posisi Mei 2022.
Meski mengalami penurunan secara nilai dan volume transaksi, jumlah kartu ATM dan debit tumbuh 10,6 persen dibandingkan posisi Mei 2021. Jumlahnya mencapai 234,17 juta, dari sebelumnya 211,78 juta kartu ATM dan debit.
Jika melihat sepanjang tahun lalu, jumlah kartu ATM dan debit mencapai 221,3 juta, itu naik 8,4 persen yoy dari tahun 2020 yang mencapai 204,1 juta unit.