Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) secara konsolidasian berhasil menghimpun dana masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp1.011 triliun hingga akhir Juni 2022. DPK tersebut tumbuh 12,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Adapun, rasio dana murah berupa giro dan tabungan (current account saving account/CASA) perseroan telah berkontribusi mencapai 80,9 persen atau senilai Rp817,8 triliun. Jika dibedah, giro berkontribusi sebesar 30,1 persen dan tabungan dengan rasio sebesar 50,7 persen.
Secara rinci, giro dan tabungan masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 22,8 persen yoy dan 14,3 persen yoy per Juni 2022. Sementara itu, deposito mengalami penurunan 2,5 persen yoy, dari semula Rp198,16 triliun menjadi Rp193,23 triliun atau berkontribusi dengan rasio sebesar 19,1 persen.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan dana murah perseroan mengalami kenaikan sebesar 17,3 persen yoy yang salah satunya ditopang oleh peningkatan frekuensi transaksi.
“Pertumbuhan CASA menjadi penopang utama pencapaian dana pihak ketiga. Untuk pertama kali, menyentuh milestone Rp1.000 triliun,” kata Jahja dalam konferensi pers paparan kinerja secara daring, Rabu (27/7/2022).
Jahja menjelaskan DPK tersebut turut mendorong total aset BCA naik 11,9 persen yoy menjadi Rp1.264,5 triliun.
Baca Juga
“Solidnya pendanaan CASA sejalan dengan peningkatan aktivitas perbankan transaksi,” tuturnya.
Per semester I/2022, Jahja mengungkapkan total volume transaksi naik 40 persen yoy mencapai 10 miliar transaksi yang mayoritas berasal dari mobile banking.
Adapun, BBCA membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) selama semester I/2022, yakni naik 5,3 persen yoy menjadi Rp29,8 triliun. Pendapatan selain bunga tumbuh 8,9 persen yoy menjadi Rp11,1 triliun, ditopang kenaikan pendapatan fee dan komisi sebesar 15,0 persen yoy.
Secara keseluruhan, perseroan dan anak usaha membukukan laba bersih BCA menjadi Rp18,0 triliun hingga Juni 2022. Laba tersebut melesat 24,9 persen yoy.
Jahja menambahkan secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp40,9 triliun atau naik 6,3 persen yoy. “Seiring dengan peningkatan kualitas aset, biaya provisi tercatat turun Rp2,8 triliun dibandingkan tahun lalu,” ujarnya.