Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menyampaikan pihaknya akan merevisi rencana bisnis bank (RBB) yang berkaitan dengan penyaluran kredit perseroan pada tahun ini, sejalan dengan mobilitas masyarakat.
Sebagaimana diketahui, pada paparan kinerja akhir 2021, emiten bersandi saham BBCA itu mematok target pertumbuhan secara konservatif pada tahun ini.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan perseroan akan mengubah sedikit RBB dari sebelumnya menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 6 – 8 persen menjadi 10 persen pada tahun 2022.
Jahja mengungkapkan upaya tersebut dilakukan untuk menunjukkan rasa optimistisme BBCA untuk membantu memulihkan perekonomian Indonesia, khususnya pada saat Covid-19.
“Saya kira kita sepakat yang untuk merubah sedikit [RBB] supaya kita menunjukkan optimisme kita. Kalau tadinya kita 8 persen, kita sekarang ke arah 10 persen supaya kita lebih optimis,” kata Jahja dalam konferensi pers paparan kinerja secara daring, Rabu (27/7/2022).
Selain itu, Jahja juga berharap di paruh kedua tahun ini atau semester II/2022, permintaan kredit akan lebih bergairah. Adapun, pada kuartal II/2022, Jahja menyampaikan kredit sudah meningkat cukup besar, terutama pada saat Lebaran.
Baca Juga
“Kita semua tahu Lebaran adalah titik ekonomi di mana permintaan bisa 60-70 persen dari satu tahun. Jadi memang di sana banyak sekali terjadi penjualan-penjualan dan kebutuhan masyarakat meningkat,” ujarnya.
Namun biasanya, sambung Jahja, siklus permintaan kredit akan terus meningkat pada kuartal III dan IV.
Hingga semester I/2022, BCA telah menyalurkan kredit Rp675,4 triliun, atau naik 13,8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Pertumbuhan tersebut ditopang oleh kredit korporasi yang naik 19,1 persen yoy mencapai Rp310,2 triliun di Juni 2022.
Mengekor di belakangnya, yakni kredit komersial dan UKM menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi kedua, naik 10,9 persen yoy mencapai Rp197,5 triliun. Sementara itu, kredit pemilikan rumah atau KPR tumbuh 8,5 persen yoy menjadi Rp101,6 triliun.
“KKB [kredit kendaraan bermotor] naik 4,8 persen yoy menjadi Rp43,2 triliun, setelah rebound dari tekanan di masa pandemi. Saldo outstanding kartu kredit juga tumbuh 10,7 persen yoy menjadi Rp12,7 triliun, sehingga total portofolio kredit konsumer naik 7,6 persen yoy menjadi Rp160,5 triliun,” jelasnya.