Bisnis.com, JAKARTA - Industri pembiayaan (multifinance/leasing) mencatatkan pertumbuhan positif sesuai ekspektasi Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) sampai semester I/2022.
Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2022, piutang pembiayaan neto industri senilai Rp381,97 triliun tercatat telah tumbuh 5,6 persen (year-on-year/yoy) secara tahunan dan 4,8 persen (year-to-date/ytd) ketimbang tutup buku periode 2021.
Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno menjelaskan tren pertumbuhan outstanding sampai paruh awal 2022 ini memang menyimpan ekspektasi yang lebih baik di akhir tahun nanti, terutama karena objek pembiayaan barang produktif dan konsumtif tumbuh secara beriringan.
"Artinya, perputaran ekonomi jalan lebih cepat. Karena pemulihan penyaluran kredit maupun pembiayaan awalnya ditopang oleh kebutuhan ekspansi pelaku usaha terlebih dahulu. Kemudian, kalau ekonomi terjaga, daya beli konsumen bagus, demand meningkat, akhirnya terciprat juga kepada pelaku industri pembiayaan," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (10/8/2022).
Sebagai gambaran, masih berdasarkan statistik OJK, dari outstanding kotor industri senilai Rp405,9 triliun, seluruh lini bisnis andalan industri multifinance tampak telah pulih. Porsi pembiayaan barang produktif senilai Rp111,3 triliun tumbuh 9,2 persen ytd, sementara porsi pembiayaan barang konsumsi senilai Rp272,7 triliun tumbuh 3,9 persen ytd.
Sekadar informasi, APPI sebelumnya menargetkan outstanding industri minimal tumbuh 6-8 persen. Kemudian proyeksi moderat setidaknya tumbuh di kisaran 8 persen, sementara target paling optimistis sesuai proyeksi OJK berada di kisaran 12 persen.
Baca Juga
"Walaupun sampai tengah tahun ini kinerja industri sangat positif, tapi pemain perlu ingat juga, kenaikan suku bunga acuan akan menjadi salah satu tantangan ke depan. Selain itu, kita juga hanya bisa berharap beragam krisis di luar negeri tidak terjadi di Indonesia, terutama yang bisa membuat lonjakan inflasi," tambahnya.
Adapun, pulihnya kinerja pembiayaan tampak telah berpengaruh terhadap kinerja laba-rugi para pemain. Berdasarkan statistik OJK, akumulasi laba sebelum pajak dari 157 multifinance mencapai Rp10,79 triliun, tumbuh 25,9 persen yoy secara tahunan.
Terlebih, tren peningkatan laba bukan lagi ditopang oleh efisiensi beban seperti tahun lalu, sebab total pendapatan operasional industri secara kumulatif telah tumbuh 8 persen yoy menjadi Rp48,46 triliun.
Suwandi mengungkap apabila kondisi perekonomian nasional terjaga dan semua lini bisnis pembiayaan para pemain kompak bertumbuh, kemungkinan kinerja laba industri secara kumulatif bisa melampaui periode normal sebelum pandemi Covid-19.