Bisnis.com, JAKARTA — Tren kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi tantangan dalam upaya perbankan menghimpun dana murah.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan CASA adalah jenis dana pihak ketiga (DPK) dengan bunga yang sangat rendah mendekati nol persen.
Makin besar CASA maka makin kecil cost of fund (beban dana) bank. Dengan demikian bank bisa menyalurkan kredit dengan bunga yang rendah tetapi tetap mendapatkan spread atau keuntungan yang cukup tinggi.
Jika bank ingin kompetitif dalam menyalurkan kredit bank tersebut harus mampu merebut dana masyarakat dengan cost of fund yang rendah atau bisa mendapatkan CASA yang besar.
“Untuk mendorong lebih banyak dana murah masuk ke bank sangat tidak mudah. Ini hanya bisa dilakukan oleh bank-bank tertentu saja,” kata Piter kepada Bisnis, Senin (36/9/2022).
Beberapa bank yang dapat menghimpun DPK, kata PIter, misalnya seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang menawarkan kemudahan transaksi.
Baca Juga
Kemudian contoh lainnya adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang memiliki jaringan kuat sampai pelosok desa.
“Sementara itu bank swasta yang ingin mendapatkan dana murah harus bisa mengembangkan jaringan nasabah ritel yang jumlahnya sangat besar,” kata Piter.
Untuk diketahui, Bank Indonesia melaporkan per Agustus 2022 DPK yang berhasil dihimpun perbankan tumbuh melambat dari menjadi tumbuh 8,2 persen yoy, setelah bulan sebelumnya tumbuh 8,4 persen. Total DPK yang dihimpun bank per Agustus sebesar Rp7.354,7 triliun.
Simpanan berjangka berhasil tumbuh 0,1 persen yoy, setelah sebelumnya terkontraksi 0,4 persen yoy. Sementara itu tabungan tumbuh 10,6 persen, lebih rendah dibandingkan bulan sebelum laporan yang sekitar 11,9 persen.
Mengenai hal tersebut, Piter menuturkan perlambatan pertumbuhan DPK disebabkan oleh mulai pulihnya perekonomian. Masyarakat sudah kembali beraktivitas dan berkonsumsi.
Oleh karena itu perlambatan pertumbuhan DPK tidak perlu dikhawatirkan, karena justru menjadi sinyal yang baik karena dipicu oleh pulihnya konsumsi yang bisa menggerakkan pertumbuhan ekonomi.
“Perlambatan pertumbuhan DPK tidak menyebabkan permasalahan likuiditas bagi bank utamanya bank bank besar. perlambatan pertumbuhan DPK menjadi tantangan bagi bank-bank kecil yang memiliki likuiditas yang terbatas,” kata Piter.
BCA dan Panin
Sementara itu, Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA Hera F. Haryn mengatakan inovasi digital dan loyalitas nasabah menjadi salah satu faktor penentu kenaikan CASA.
Inovasi dan kolaborasi yang ditawarkan perseroan dalam ragam solusi dan layanan perbankan BCA berhasil menarik minat nasabah. Masyarakat menaruh kepercayaan dan menyimpan dana mereka di BCA.
CASA BCA naik 17,3 persen yoy mencapai Rp817,8 triliun per Juni 2022. CASA berkontribusi hingga 81 persen dari total dana pihak ketiga.
Pertumbuhan CASA tersebut menjadi penopang utama pencapaian dana pihak ketiga, untuk pertama kali, menyentuh milestone Rp1.000 triliun. Per Juni 2022, total dana pihak ketiga tumbuh 12,9 persen yoy menjadi Rp1.011 triliun, sehingga turut mendorong total aset BCA naik 11,9 persen yoy menjadi Rp1.264,5 triliun.
Presiden Direktur PT Bank Pan Indonesia Tbk. atau Bank Panin Herwidayatmo mengatakan tren pertumbuhan CASA Panin Bank terus menunjukkan peningkatan, dari 45,12 persen pada akhir 2021 menjadi 46,61 persen pada akhir Juni 2022.
“Program Panin Super Bonanza telah mempunyai brand image yang kuat di masyarakat serta menjadi “motor penggerak” peningkatan CASA Bank,” kata Herwidayatmo.