Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Leasing JV Rubicon & Keluarga Hamami (HDFA) Sebar Rp1,4 Triliun per Kuartal III/2022

HDFA leasing JV Rubicon dan Trakindo yang didirikan oleh mendiang Achmad Hamami (1930-2019) menyasar pembiayaan kredit ke pertambangan dan konstruksi.
Ilustrasi alat berat/Ilustrasi-ksdk.com
Ilustrasi alat berat/Ilustrasi-ksdk.com

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten sektor pembiayaan PT Radana Bhaskara Finance Tbk. (HDFA) optimistis mampu mengejar pertumbuhan, memanfaatkan momentum tingginya permintaan pembiayaan dari segmen korporasi.

Direktur Keuangan Radana Finance Rizalsyah Riezky mengungkap peluang mencapai target pembiayaan baru senilai Rp2 triliun pada akhir tahun nanti semakin terbuka, menilik realisasi sampai kuartal III/2022 terbilang sesuai rencana.

"Sampai September 2022, pembiayaan baru yang kami salurkan telah mencapai Rp1,4 triliun, melesat 49 persen [year-on-year/yoy] dari periode sama tahun sebelumnya. HDFA pun masih optimistis mampu mencapai target pertumbuhan 20--30 persen di akhir tahun nanti," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (16/10/2022).

HDFA mulanya merupakan bagian dari Trakindo Group yang didirikan konglomerat Achmad Hadiat Kismet (AHK) Hamami. Meski demikian, pada 2019, pemegang saham melepas kendali ke perusahaan asal Singapura, Rubicon Investment Holding Pte. Ltd. Berdasarkan prospektus yang diterbitkan 2019, entitas ini dikendalikan oleh Lim Eng Khim dan Chan Kiat yang juga Komisaris HDFA. 

Sebagai perbandingan, leasing bagian Grup Trakindo ini menyalurkan pembiayaan baru senilai Rp1,48 triliun sepanjang periode 2021. Seluruhnya disalurkan untuk segmen korporasi, baik berupa pembiayaan alat berat, fasilitas pembiayaan factoring, atau layanan asset based financing.

Pada 2021 HDFA mampu mencatatkan laba bersih senilai Rp34,7 miliar, setelah sebelumnya 'mati suri' karena terus membukukan kerugian selama 3 tahun berturut-turut.

"Mayoritas dari pembiayaan baru kami salurkan untuk sektor pertambangan dan konstruksi. Kami akan terus memacu kinerja pembiayaan, memanfaatkan tren komoditas yang masih berpotensi meningkat, serta fokus meningkatkan portofolio yang produktif," tambahnya.

Adapun, Riezky mengakui ke depan akan muncul tantangan dari sisi terbatasnya sumber pendanaan dan biaya dana (cost of fund/CoF) yang semakin mahal, seiring fenomena perekonomian terkini seperti dampak resesi global, lonjakan inflasi, dan kenaikan suku bunga acuan.

Pasalnya, HDFA sendiri baru mulai mendapatkan kepercayaan pendanaan dari perbankan lagi pada awal tahun lalu, di mana merupakan awal rampungnya masa-masa perbaikan internal HDFA yang berlangsung selama tiga tahun sebelumnya. 

Oleh karena itu, fokus HDFA tahun ini terutama menjaga kepercayaan mitra bank yang telah menambah fasilitas pendanaannya, serta mencoba mencari tambahan pinjaman bank dan pinjaman sindikasi baru lain, demi mempersiapkan bekal penyaluran pembiayaan tahun depan.

"Semester II/2022 ini memang challenging, dengan adanya kenaikan harga BBM dan kenaikan suku bunga acuan, yang juga berpotensi membuat perbankan mengerek suku bunganya. Tapi saat ini portofolio kami mayoritas tenor jangka panjang melalui produk asset-based financing, tenor rata-rata 36 bulan. Kondisi ini membuat HDFA optimistis CoF masih terjaga, di tengah risiko kenaikan suku bunga acuan lagi ke depan," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper