Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Sebut Likuiditas Perbankan Melimpah, Banyak Dana Nganggur?

Kendati sudah merosot jauh alat likuid per dana pihak ketiga (DPK) saat ini menurut BI masih tinggi, yakni 27 persen.
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa likuiditas perbankan masih tergolong aman. Alat likuid per dana pihak ketiga (DPK) saat ini masih tinggi, yakni 27 persen.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan, sebenarnya dengan tingkat likuiditas saat ini banyak dana idle atau uang menganggur. "Dana bank naik, tapi kredit stagnan," ujarnya kepada Bisnis pada Kamis (20/10/2022).

Untuk itu, menurutnya perbankan mesti mengoptimalkan dana ke instrumen lain. "Bisa melalui treasury yang menghasilkan gain," katanya.

Bank-bank besar juga bisa melakukan optimalisasi fee based income dan layanan lain melalui digitalisasi atau cash management.

Sedangkan, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengatakan bahwa kondisi likuiditas perbankan saat ini memang masih mencukupi. Tapi, menurutnya kondisi antar bank berbeda-beda.

"Bank kecil meskipun belum kesulitan likuiditas tetapi tidak se lcukup bank besar. Mereka harus mengantisipasi ketatnya likuiditas ke depan," ujarnya.

Diketahui, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa likuiditas perbankan saat ini masih cukup. Ini terlihat dari rasio alat likuid per DPK mencapai 27 persen.

"Kami pastikan likuiditas di perbankan lebih dari cukup. Ini masih tinggi bagi perbankan untuk terus salurkan kredit dan tidak perlu harus sesuaikan kenaikan suku bunga kreditnya," ujarnya dalam Seminar Nasional Badan Keahlian DPR RI, Rabu (19/10/2022).

Untuk itu, BI meminta agar perbankan saat ini tidak perlu menaikan suku bunga kredit. BI juga mendorong agar kredit perbankan terus digenjot. Kredit perbankan diperkirakan akan tumbuh mencapai 11 persen pada tahun ini. Sementara itu, pertumbuhan kredit pada Agustus 2022 mencapai 10,62 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Direktur Bank Oke Indonesia Efdinal Alamsyah mengatakan, likuiditas Bank Oke pada saat ini masih mencukupi, setidaknya untuk membiayai ekpansi kredit hingga akhir 2022.

Berdasarkan laporan keuangan pada kuartal II/2022, Bank Oke Indonesia mencatatkan loan to deposit ratio (LDR) 129,26 persen, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 122,77 persen.

Sementara itu, Bank Oke Indonesia telah menyalurkan kredit Rp6,7 triliun pada kuartal II/2022, naik 21 persen yoy dari Rp5,5 triliun. Bank Oke Indonesia juga telah mencatatkan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp4,9 triliun atau naik 25 persen yoy dari Rp3,9 triliun.

DNAR juga saat ini sedang menjalankan aksi penerbitan saham baru atau rights issue kurang lebih Rp500 miliar. "Jadi, suku bunga untuk DPK pun kami tidak naikan secara agresif," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper