Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Jago Tbk. (ARTO) mengumpulkan laba bersih setelah pajak senilai Rp41 miliar per kuartal III/2022. Pada periode yang sama tahun lalu, bank digital yang didirikan oleh Jerry Ng ini masih merugi Rp32,9 miliar.
Mengutip keterangan resmi, Jumat (21/10/2022), laba Bank Jago disokong oleh pertumbuhan pendapatan bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan beban bunga. Per kuartal III/2022, pendapatan bunga dari bisnis konvensional dan syariah mencapai Rp1,08 triliun, naik 205 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Pada periode yang sama beban bunga dan beban syariah naik 166 persen yoy menjadi Rp101 miliar. Alhasil pendapatan bunga bersih bank tumbuh 210 persen yoy menjadi Rp984 miliar.
Kemampuan bank mengelola pendapatan bunga dan beban bunga tersebut juga tercermin dalam rasio penting perusahaan. Rasio net interest margin (NIM) atau margin bunga bersih per September 2022 sebesar 10,5 persen, naik 441 basis poin (bps) dibandingkan dengan posisi September 2021.
Adapun mesin kredit bank per September 2022 berkerja dengan keras. Penyaluran dana secara konvensional dan syariah naik 119 persen yoy menjadi Rp8,16 triliun.
Pertumbuhan penyaluran kredit dan pembiayaan syariah tersebut ditopang oleh kolaborasi dengan berbagai mitra, seperti fintech lending, multifinance, dan institusi keuangan lainnya dalam kerja sama pembiayaan (partnership lending).
Baca Juga
“Bank Jago percaya kolaborasi adalah cara yang efektif untuk memberikan produk dan layanan keuangan kepada nasabah serta membuat kami bertumbuh cepat dan efisien. Kami akan terus memperluas dan memperdalam kolaborasi dengan ekosistem yang sudah ada maupun yang baru,” ujar Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar.
Salah satu kolaborasi partnership lending terbaru adalah dengan platform e-commerce jual beli mobil bekas terkemuka Carsome Indonesia dan Moladin. Hingga akhir September 2022, Bank Jago telah berkolaborasi dengan 38 institusi, termasuk 32 mitra untuk partnership lending.
Strategi tersebut membuat Bank Jago ekspansif dalam menyalurkan kredit dengan menjaga pengelolaan risiko yang lebih terkendali. Ini terlihat pada rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) bruto yang berada di level 2,1 persen atau berada di bawah rata-rata industri perbankan.
Sementara itu pada kuartal III/2022, kinerja pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) Bank Jago lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kredit. Emiten bank bersandi ARTO ini mengumpulkan Rp7,28 triliun atau naik 186 persen yoy.
Struktur DPK Bank Jago hingga bulan kesembilan tahun ini didominasi oleh dana murah (current account savings account/CASA) sebesar 71 persen. Hal ini didorong oleh pertumbuhan giro dan tabungan sebesar 422 persen yoy, sedangkan deposito 38 persen yoy.
Kharim menjelaskan pertumbuhan DPK bank tidak lepas dari hasil kolaborasi dengan ekosistem digital. Kerja sama dengan berbagai perusahaan telah membawa 4,2 juta nasabah baru, naik tiga kali lipat dibandingkan dengan 2021.
Sepanjang tahun ini Bank Jago telah melakukan sejumlah kolaborasi baru. Terakhir, Bank Jago meningkatkan kolaborasi dengan Grup GoTo dengan memberikan pendanaan pada produk GoPayLater Cicil. Ini merupakan produk pinjaman digital terbaru dari Tokopedia.
Bank Jago juga memperdalam kolaborasi bersama GoTo Financial dengan mengintegrasikan layanannya ke dalam aplikasi GoBiz, aplikasi untuk mitra usaha GoFood. Kedua kolaborasi ini melengkapi integrasi Bank Jago dengan Gojek dan GoTo Financial yang dimulai sejak 2021 lalu.
Per September 2022, posisi outstanding kredit yang disalurkan Bank Jago lebih tinggi dibandingkan dengan DPK. Rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) bank pada triwulan ketiga mencapai 112 persen. Meskipun posisi likuiditas melonggar dibandingkan dengan kuartal II/2022, LDR bank masih jauh di atas rata-rata industri dan batas aman yang ditetapkan.
Kendati demikian bank disokong oleh permodalan yang terbilang kuat. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) pada bulan kesembilan 2022 sebesar 97 persen. Sebagai informasi rata-rata CAR industri per Juli 2022 sebesar 24,9 persen.
CAR sendiri merupakan rasio kecukupan modal yang mana berguna bagi bank untuk menampung risiko kerugian yang mungkin dihadapi di kemudian hari. Dengan posisi CAR Bank Jago, artinya bank memiliki permodalan yang terbilang kuat untuk menjaga risiko dan juga ekspansi kredit.