Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jumlah Asuransi Umum Terus Susut, Pengamat: Pertanda Bagus

Menyusutnya jumlah perusahaan asuransi umum dalam 5 tahun terakhir dinilai AAUI sebagai kondisi mengurangi persaingan tidak sehat.
Karyawan beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) di Jakarta, Rabu (5/1/2021). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) di Jakarta, Rabu (5/1/2021). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Jumlah industri asuransi umum di Tanah Air mengalami penyusutan setidaknya dalam 5 tahun terakhir, atau dari periode 2018 sampai dengan semester I/2022.

Berdasarkan data AAUI, tercatat asuransi umum pada enam bulan pertama di tahun ini berjumlah 71 industri. Angka ini sama seperti kondisi tahun lalu. Sedangkan pada 2018, Indonesia memiliki 74 industri asuransi umum. Satu tahun berikutnya, susut menjadi 73 industri dan 72 industri asuransi umum pada 2020.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Bern Dwyanto mengatakan penyusutan yang terjadi pada industri asuransi umum dikarenakan adanya aksi korporasi berupa merger yang dilakukan di industri ini.

"Secara logika, sebetulnya semakin berkurang jumlah asuransi, apalagi dengan merger, artinya memperkuat perusahaan itu sendiri dan lebih mudah diatur dan dikontrol, serta mengurangi persaingan tidak sehat," kata Bern kepada Bisnis, Minggu (23/10/2022).

Selain berkurangnya jumlah asuransi di Tanah Air, sejumlah perusahaan asuransi umum juga kedatangan pemilik baru. Misalnya, Aseana Insurance Pte. Ltd, perusahaan berbasis di Singapura misalnya, yang resmi mengakuisisi 62,33 persen saham milik Mapfre Internacional SA di PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk. (ABDA). Dengan kepemilikan tersebut, Aseana Insurance resmi menjadi pengendali baru emiten asuransi umum bersandi saham ABDA.

Mengutip keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Minggu (23/10/2022), Aseana membeli saham ABDA dengan harga Rp2.289 per saham atas 386.924.893 saham pada 31 Agustus 2022. Dengan demikian, total harga pembelian saham tersebut sebesar Rp885,67 miliar (dengan asumsi kurs Rp14.887 per dolar AS). 

Awal kuartal III/2022 lalu, PT Asuransi Mega Pratama telah resmi berganti pemilik. Perusahaan asuransi ini bersalin menjadi PT Asuransi Umum Seainsure (Sea Insurance) setelah diakuisisi oleh konglomerasi Shopee itu. 

Meski terus mengalami penurunan, Bern menanggapi kondisi ini sebagai hal yang baik agar perusahaan tidak merugikan nasabah.

"Selain itu, artinya OJK bekerja dengan baik menertibkan perusahaan asuransi yang bermasalah atau sudah tidak layak beroperasi agar tidak merugikan nasabah," ujarnya.

Setali tiga uang, Pengamat Asuransi yang juga Dewan Pendiri Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (Kupasi) Irvan Rahardjo mengatakan bahwa jumlah asuransi yang berkurang pertanda bagus.

"Hal ini menunjukkan adanya seleksi alamiah sekaligus konsolidasi menuju penguatan industri asuransi yang berbasis permodalan yang lebih kuat untuk berperan lebih besar di sektor keuangan, menyusul peningkatan kelas modal inti perbankan," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper