Bank Jago juga berhasil mencatatkan laba pada kuartal III/2022. Berdasarkan laporan keuangan, laba bank digital besutan Jerry Ng ini mencapai Rp40,57 miliar pada kuartal III/2022. Raihan ini membalikkan posisi rugi yang dibukukan perseroan pada periode yang sama tahun lalu yakni Rp32,6 miliar.
Perolehan laba bersih itu ditopang oleh pendapatan bunga dan syariah secara bersih yang melonjak 210 persen secara tahunan, atau dari Rp317,54 miliar menjadi Rp983,84 miliar.
Adapun, pendapatan bunga dan pendapatan syariah didorong oleh penyaluran kredit dan pembiayaan syariah yang tumbuh 119 persen yoy menjadi Rp8,16 triliun pada kuartal III/2022.
Sementara, Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengatakan bahwa laba yang dibukukan perseroan merupakan hasil kombinasi antara struktur dana yang baik, pertumbuhan kredit, dan risiko kredit yang terjaga.
Hingga akhir September 2022, ARTO mampu menghimpun total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp7,28 triliun atau tumbuh 186 persen yoy. Jika diperinci, dana murah yang mencakup giro dan tabungan mencapai Rp5,14 triliun, melesat 422 persen secara tahunan.
Pada saat bersamaan, deposito mengalami pertumbuhan sebesar 38 persen yoy menjadi Rp2,14 triliun. Lewat komposisi tersebut rasio dana murah (current account savings account/CASA) dari bank digital besutan Jerry Ng ini berada pada level 71 persen.
Baca Juga
“Hingga September 2022 kami berada pada jalur yang tepat menuju pertumbuhan yang solid,” kata Kharim dalam siaran pers, pekan lalu (21/10/2022).
Di sisi lain, dua bank digital yakni Bank Neo Commerce dan Bank Aladin masih merugi pada kuartal III/2022. Bank Neo Commerce mencatatkan kerugian yang membengkak menjadi Rp601,2 miliar.
Jumlah rugi bersih yang dibukukan bank digital milik Akulaku ini naik jika dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu, yakni Rp264,7 miliar.
Membengkaknya kerugian emiten berkode BBYB ini disebabkan oleh meningkatnya beban operasional. Hasilnya rugi operasional BBYB naik 125 persen secara tahunan menjadi Rp595,95 miliar.
Rugi operasional dari BBYB ini didorong oleh melonjaknya kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment), dari posisi Rp29,91 miliar pada akhir September tahun lalu menjadi Rp652,97 miliar pada September 2022.
Meski begitu, di balik kerugian ini, BBYB tercatat mampu membukukan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) sebesar Rp1,1 triliun atau melesat 351 persen yoy. Hal ini ditopang oleh pendapatan bunga yang melejit 221 persen secara tahunan menjadi Rp1,58 triliun.
Pendapatan bunga BBYB ditopang oleh penyaluran kredit yang mencapai Rp8,9 triliun per kuartal III/2022, atau naik 131,77 persen yoy. Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) baik secara gross maupun net terjaga di level 1,88 persen serta 1,69 persen.
Bank Aladin juga mencatatkan kerugian yang membengkak hingga 141,12 persen yoy pada kuartal III/2022 menjadi Rp146,41 miliar dibandingkan Rp60,72 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Membengkaknya kerugian Bank Aladin disebabkan oleh naiknya beban operasional dari Rp87,1 miliar pada kuartal III/2021, menjadi Rp190,6 miliar pada kuartal III/2022.
Untuk beban promosi, Bank Aladin mencatatkan peningkatan dari Rp718 juta menjadi Rp10,4 Miliar. Untuk beban tenaga kerja, naik dari Rp50 miliar menjadi Rp107,2 miliar. Kemudian, beban lainnya naik jadi dari Rp36,8 miliar menjadi Rp72,9 miliar.
Rugi Bank Aladin yang semakin membengkak ini menurunkan rasio profitabilitas perseroan. ROA perusahaan mencapai -9,08 persen dan ROE sebesar -7,29 persen per September 2022.
Kemudian, Bank Aladin juga mencatatkan penurunan net imbalan (NI) menjadi 2,25 persen pada September 2022 dibandingkan 3,44 pada periode yang sama tahun lalu.
Lalu, net operating margin (NOM) Bank Aladin menjadi -9,91 pada September 2022. Selain itu, financing to deposit ratio menjadi 59,89 persen.
Meski demikian, pendapatan operasional emiten berkode BANK ini mengalami peningkatan menjadi Rp62,25 miliar atau naik 119,22 persen yoy.