Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Di Tengah Ancaman Resesi Global, Likuiditas Bank Diperkirakan Aman

Kenaikan suku bunga acuan akan mengerek bunga deposito dan menarik dana masyarakat sehingga menjaga likuiditas perbankan di tengah ancaman resesi global.
Ilustrasi likuiditas bank. /Freepik
Ilustrasi likuiditas bank. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Likuiditas perbankan diperkirakan pada tahun depan akan terjaga. Hal ini dipicu oleh suku bunga acuan tinggi yang mendorong bunga deposito naik dan pada akhirnya akan mengungkit pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) bank.

Analis Mirae Asset Sekuritas Handiman Soetoyo mengatakan melambatnya pertumbuhan simpanan pada saat ini tidak akan berlanjut pada tahun depan. Pasalnya, kenaikan suku bunga deposito akan membuat dana kembali masuk ke perbankan.

“Kami percaya bahwa suku bunga deposito yang lebih tinggi akan memicu aliran uang ke dalam sistem perbankan, sehingga menyediakan likuiditas bagi bank,” ujarnya dalam riset yang dirilis pada Senin (5/12/2022).

Peningkatan bunga deposito tidak terlepas dari meningkatnya BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin menjadi 5,25 persen per November 2022. Peningkatan ini pun telah direspons perbankan dengan menaikkan bunga simpanan berjangka atau deposito.

Berdasarkan laporan Bank Indonesia, suku bunga simpanan berjangka pada Oktober 2022 mengalami peningkatan pada seluruh tenor dibandingkan posisi bulan sebelumnya.

Suku bunga deposito untuk tenor 1 bulan tercatat membukukan peningkatan tertinggi, yakni naik 39 basis poin (bps) menuju level 3,37 persen. Sementara itu, untuk tenor 3 bulan meningkat sebesar 32 bps menjadi 3,38 persen per Oktober 2022.

Kemudian, suku bunga deposito untuk tenor 6 bulan naik 31 bps menuju posisi 3,59 persen, diikuti tenor 12 bulan yang naik 32 bps menjadi 3,84 persen, dan bunga deposito untuk tenor 24 bulan meningkat 34 bps menuju 4,35 persen.

Dengan masuknya dana ke sistem perbankan, Handiman menilai pertumbuhan simpanan di sektor perbankan akan lebih stabil pada tahun depan. Apalagi, tingkat loan to deposit ratio (LDR) yang cukup tinggi masih memberikan ruang bagi bank untuk menyalurkan kredit.

“Tingkat LDR saat ini di sekitar 79,9 persen per Oktober 2022, menyediakan likuiditas dan fleksibilitas yang cukup bagi bank untuk mengejar pertumbuhan pinjaman dan mengelola margin,” pungkas Handiman.

Secara terpisah, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae menilai sejauh ini kinerja perbankan masih terjaga dengan baik, ditopang oleh risiko kredit yang menurun, likuiditas ample, dan permodalan yang masih cukup kuat.

Risiko kredit yang menurun tecermin dari rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) secara net sebesar 0,78 persen dan 2,72 persen secara gross pada Oktober 2022.

Dari sisi likuiditas, rasio alat likuid/non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing sebesar 130,17 persen serta 29,46 persen. Posisi tersebut jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.

Sementara itu, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) tercatat meningkat menjadi 25,13 persen per Oktober 2022 atau dari posisi September yang sebesar 25,09 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dionisio Damara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper