Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Afifa

CEO dan Presdir Manulife Asset Manajemen Indonesia, Ketua Asosiasi Manajer Investasi Indonesia

Lihat artikel saya lainnya

OPINI : Investasi Harus Jadi Bagian Gaya Hidup

Hasil riset Diverse Asia yang dirilis Manulife Investment Management (MIM) pada 2022 mencatat secara rata-rata responden Indonesia mengalokasikan 37% asetnya da
Tips investasi/istimewa
Tips investasi/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Investasi belum bisa dengan mudah diadopsi sebagai bagian gaya hidup. Kebanyakan masyarakat kita masih begitu mengandalkan cara lama dalam mengelola keuangannya: simpanan bank, emas, atau menumpuk uang tunai di rumah.

Argumennya sederhana: kapan pun dibutuhkan, simpanan seperti ini dapat dengan mudah diakses.

Hasil riset Diverse Asia yang dirilis Manulife Investment Management (MIM) pada 2022 mencatat secara rata-rata responden Indonesia mengalokasikan 37% asetnya dalam bentuk tunai dan simpanan bank, hanya 29% dalam alternatif investasi seperti saham, obligasi, reksa dana, ETF (exchange-traded fund) dan properti.

Sayangnya, ada aspek yang belum dipahami benar dari simpanan beraliran tradisional, yaitu bahaya di depan mata berupa tergerusnya daya beli uang oleh inflasi, si silent robber. Inflasi umum di Indonesia berada pada kisaran 4,1% jika dirata-rata selama 10 tahun terakhir (CAGR). Angka ini terasa kecil, tidak terlalu mengancam. Namun, jika diakumulasi selama 10 tahun, gerusan inflasi Indonesia mencapai 49,1%, yang artinya kemampuan uang tunai membeli barang turun sejauh hampir setengahnya. Terasa kan?

Faktanya, emas yang kerap digadang-gadang sebagai sarana investasi andalan sejak zaman nenek moyang ternyata 10 tahun terakhir hanya mempersembahkan pertumbuhan 8,9% secara total, atau rata-rata 0,9% per tahun (CAGR), jauh dari mampu melawan tindasan inflasi. Di saat yang sama, pasar obligasi Indonesia justru menyajikan keuntungan 90,8% secara total dalam 10 tahun terakhir, lebih dari sanggup menjaga daya beli uang kita dari inflasi.

Pertanyaan berikutnya, seberapa mudah sih calon investor ritel mengakses instrumen-instrumen pasar modal? Pandemi yang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia, telah mendorong lahirnya gaya berinvestasi baru: fintech dan platform investasi digital. Kanal investasi berkonsep one-stop wealth yang banyak hadir di Indonesia saat ini menawarkan beragam produk keuangan seperti saham, obligasi ritel, emas, dan reksa dana melalui satu aplikasi terpadu, dengan minimum investasi yang begitu terjangkau. Keleluasaan dan kemudahan berinvestasi ini menjadi kabar baik bagi penetrasi investasi pasar modal di Tanah Air. Selama pandemi berlangsung, jumlah investor individu Indonesia naik tajam sejauh 166%. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal tumbuh dari 3,8 juta investor di tahun 2020 menjadi 10,3 juta investor di 2022.

ALTERNATIF INVESTASI

Investasi adalah kendaraan untuk mewujudkan tujuan. Maka, mirip seperti kita merencanakan perjalanan, tentukan dulu tujuannya, misalnya untuk dana pendidikan, modal bisnis, biaya penikahan, dan bekal pensiun. Untuk setiap tujuan hidup, tentukan apa, kapan dan berapanya secara spesifik agar mudah direncanakan dan dirintis.

Setelah tujuan ditetapkan, investor tidak boleh lupa mengenali profil investasi dirinya sendiri. Investor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman pasar modal, tentunya dapat lebih leluasa memilih alternatif investasinya, dibanding investor pemula. Investor yang memiliki usia produktif lebih panjang tentunya juga dapat lebih agresif dalam berinvestasi dibanding mereka yang menjelang usia pensiun.

Pengenalan terhadap sifat-sifat dasar beragam alternatif investasi pasar modal juga menjadi hal penting. Misalnya, produk-produk pasar uang memiliki fluktuasi paling rendah jika dibanding produk-produk berbasis obligasi dan saham.

Setelah mengenai tujuan keuangan dan profil risiko, maka calon investor dapat menyesuaikan pilihan investasinya. Tujuan-tujuan jangka pendek dapat dicapai dengan alternatif investasi yang lebih stabil seperti reksa dana pasar uang, sementara tujuan-tujuan yang masih belasan tahun lagi dapat dikejar dengan alternatif agresif seperti reksa dana saham.

Pesatnya pertumbuhan jumlah investor Indonesia adalah kabar baik. Namun, apakah tingkat pemahaman investor Indonesia sudah cukup mumpuni untuk meningkatkan posisi instrumen pasar modal dalam keuangan individu dan keluarga Indonesia, dari sekadar coba-coba atau spekulasi, menjadi sebuah kendaraan penting menuju terwujudnya tujuan keuangan?

Sayangnya belum. Secara data, Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan Tahun 2019 yang digagas OJK menemukan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Indonesia tentang produk obligasi hanya berada di angka 1,69%, tentang reksa dana di 3,62% dan tentang saham di 10,02%. Informasi memang mudah didapat, tapi sulit dipastikan kebenarannya. Beragam kabar yang tersebar melalui internet, media sosial hingga grup-grup komunitas di platform text messaging begitu memenuhi keseharian kita, sehingga tidak mampu lagi kita saring mana yang benar dan relevan dengan tujuan keuangan kita.

Reksa dana selalu dapat diandalkan untuk menumbuhkan aset likuid investor di titik mana pun dalam hidupnya, termasuk ketika ia awam dan baru akan memulai perjalanan investasinya.

Daripada berspekulasi dengan menempatkan dananya secara langsung pada saham dan obligasi dengan mengandalkan pengetahuan terbatas dan informasi “kata teman”, melalui reksa dana investor dapat menikmati pengelolaan dana secara profesional oleh Manajer Investasi berpengalaman dan resmi terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan.

Reksa dana menyuguhkan bermacam strategi yang dapat dipilih sesuai masing-masing tujuan keuangan investor, dan dapat dimulai dengan nominal sangat terjangkau. Beberapa produk reksa dana bahkan dapat dibeli mulai Rp10.000.

Ketika likuiditas dan akses menjadi sesuatu yang mutlak, reksa dana pun memenuhi syarat. Saat ini reksa dana tersedia melalui mobile application maupun situs transaksi yang dioperasikan oleh distributor maupun Manajer Investasi. Investor pun dapat mulai berinvestasi, menambah investasinya dan mencairkan investasinya kapan saja dia mau.

Pasar modal saat ini memang masih diwarnai dinamika dan fluktuasi, tentunya berlatar pandemi yang belum benar-benar berakhir dan potensi dari Indonesia yang tengah membuka kembali kegiatan ekonominya. Jangan bersembunyi di balik ketakutan kita dan menerima dengan pasrah gerusan inflasi, dan terus menunda tercapainya tujuan dan kesejahteraan hidup kita dan keluarga. Gali informasi, terapkan disiplin berinvestasi sebagai bagian gaya hidup agar semua mimpi dapat terealisasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Afifa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper