Bisnis.com, JAKARTA - Hingga Kamis (11/5/2023) layanan digital PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) belum sepenuhnya pulih.
Diduga, gangguan yang dialami oleh pengguna BSI Mobile disebabkan oleh serangan siber ransomware.
BSI Mobile sendiri mengalami eror dan ramai dikeluhkan oleh penggunanya di media sosial sejak Senin (8/5/2023) hingga hari ini (10/5/2023).
Corporate Secretary BSI Gunawan Arief Hartoyo mengatakan gangguan layanan yang terjadi itu dikarenakan ada langkah pemeliharaan atau maintenance system di BSI.
Sejumlah layanan seperti ATM dan kantor cabang sudah bisa digunakan nasabah. Namun, layanan mobile banking masih dalam masa pemulihan.
Meski mengalami gangguan, BSI memastikan dana dan data nasabah tetap aman dan kembali. BSI juga mengimbau nasabah untuk terus waspada dan berhati-hati atas segala bentuk modus penipuan maupun tindak kejahatan digital yang mengatasnamakan BSI saat gangguan layanan tersebut
Baca Juga
Lalu, apa sebenarnya ransomware itu?
Dilansir dari Microsoft, ransomware merupakan jenis perangkat lunak berbahaya atau program jahat. Program ini dapat menghancurkan atau memblokir akses ke data atau sistem penting.
"Secara historis, sebagian besar ransomware menargetkan individu. Namun, belakangan ini, ransomware kiriman manusia yang menargetkan organisasi semakin meluas dan semakin sulit untuk dicegah dan ditanggulangi," demikian penjelasan dari Microsoft dalam website resminya.
Dengan ransomware kelompok penyerang dapat menggunakan intelijen yang telah mereka kumpulkan untuk memperoleh akses ke jaringan perusahaan, yang menjadi target.
Beberapa serangan semacam ini sangatlah canggih, sampai-sampai penyerang dapat menggunakan dokumen keuangan internal perusahaan yang dibobol untuk menetapkan harga tebusan.
Sebelumnya, peneliti teknologi informasi dari Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan gangguan layanan BSI kemungkinan besar karena serangan siber yang memungkinkan sistemnya dikunci atau ransomware.
"Biasanya kalau serangan siber saja, lumpuh sesaat dan kemudian bisa dihidupkan lagi. Akan tetapi data-data di BSI diganggu atau dicuri sehingga peluang terjadi ransomware besar karena uang tebusan belum dibayar dan sistem masih dikunci," katanya kepada Bisnis pada Rabu (10/5/2023).
Spesialis Keamanan Teknologi Vaksincom Alfons Tanujaya juga mengkhawatirkan sistem di BSI terkena ransomware. Menurut Alfons, apabila melihat gejala yang terjadi di BSI memang mencurigakan.
Saat terjadi pemeliharaan, harusnya ada backup database dan bisa selesai dalam hitungan jam. Dia mengatakan biasanya ransomware selain mengenkripsi database utama dan sistem core, mereka juga mengincar backup.
Namun, apabila backup bermasalah juga, maka ini yang akan mengakibatkan masalah tidak selesai dalam hitungan jam. "Jadi kalau ditarik benang merahnya, serangan ransomware yang sukses mengenkripsi database, core system, dan backup bisa mengakibatkan layanan perbankan lumpuh untuk jangka waktu panjang," ujar Alfons.