Bisnis.com, JAKARTA - Bank digital baru yakni Hibank dan Superbank akan bersaing dengan bank digital lainnya yang telah terlebih dahulu berkecimpung seperti PT Bank Jago Tbk. (ARTO) dan PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI).
Hibank yang sebelumnya bernama PT Bank Mayora masuk ke industri bank digital dengan berfokus pada segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sejak diakuisisi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) untuk jadi bank digital, Hibank terus bertransformasi untuk memantapkan langkah meraup pasar UMKM di Indonesia.
"Hibank akan kami dorong dapat meningkatkan kinerja di segmen UMKM khususnya dalam upaya memberi kontribusi positif membangun negeri," ujar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dalam keterangan tertulis pada beberapa waktu lalu.
Sama seperti Hibank, Superbank juga bersaing di industri bank digital dengan berfokus pada segmen UMKM. "Inilah yang menjadi target pasar utama kami. Dengan meningkatkan akses finansial ke segmen ini, kami dapat mendukung produktivitas
mereka sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Direktur Utama Superbank Tigor M. Siahaan.
Bank digital yang sebelumnya bernama PT Bank Fama International Tbk. ini juga mengandalkan ekosistem Grup Emtek, Grab, hingga Singtel dalam menghadapi persaingan.
Baca Juga
Berdasarkan struktur pemegang sahamnya, Emtek melalui PT Media Visitama memang memiliki porsi saham di Superbank sebesar 62,76 persen. Sementara itu, A5-DB-Holdings dan Singtel menggenggam 16,26 persen saham.
Emtek memiliki ekosistem yang luas melalui jaringan media hingga e-commerce, Grab dengan ekosistem ride-hailing, sementara Singtel memiliki jam terbang tinggi di industri telekomunikasi.
"Dengan memanfaatkan berbagai aset data, teknologi, dan jaringan yang kuat dari ekosistem itu, kami percaya kami memiliki pondasi yang kokoh untuk menawarkan sesuatu yang berbeda di pasar," ujar Tigor.
Bagaimana Kinerja Cuan Hibank dan Superbank?
Kedua bank digital baru tersebut mencatatkan kinerja keuangan yang berbeda pada awal tahun ini. Hibank mencatatkan kinerja laba bersih moncer, meningkat pesat 247,92 persen atau tiga kali lipat secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp54,45 miliar pada kuartal I/2023.
Kinerja laba ini didorong oleh peningkatan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) 77,19 persen yoy menjadi Rp113,19 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini. Hibank juga mencatatkan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) 4,37 persen, naik 129 basis poin (bps) per Maret 2023.
Berbeda dengan Hibank, Superbank mencatatkan rugi bersih Rp34,56 miliar pada kuartal I/2023 setelah pada periode yang sama tahun sebelumnya mencetak laba Rp7,05 miliar.
Superbank memang mencatatkan peningkatan pendapatan bunga bersih 187,94 persen yoy menjadi Rp65,42 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini. NIM bank pun melesat 347 bps menjadi 7,06 persen.
Namun, bank mencatatkan pembengkakan pada sejumlah beben. Superbank misalnya mencatatkan pembengkakan beban tenaga kerja dari Rp4,61 miliar pada kuartal I/2022 menjadi Rp77,41 miliar pada kuartal I/2023.
Beban promosi juga naik dari Rp52 juta pada kuartal I/2022 menjadi Rp624 juta pada kuartal I/2023.
Selain itu, kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment) bank pun membengkak dari Rp239 juta pada kuartal I/2022 menjadi Rp6,9 miliar pada kuartal I/2023. Alhasil, bank membukukan rugi operasional sebesar Rp34,56 miliar pada periode tersebut.