Bisnis.com, JAKARTA— Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) berkomentar soal perusahaan asuransi yang tidak memenuhi tingkat solvabilitas dan ekuitas Rp100 miliar, seperti halnya yang terjadi pada PT Asuransi Purna Artanugraha (Aspan) baru-baru ini.
Perusahaan asuransi tersebut mendapatkan sanksi pembatasan kegiatan usaha (PKU) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ekuitas Aspan hanya mencapai Rp13,9 miliar dan tingkat Risk Based Capital (RBC) jauh di bawah 120 persen.
Direktur Eksekutif AAUI Bern Dwiyanto mengatakan secara umum memang ada tantangan kesehatan industri akibat persaingan bisnis yang makin kompetitif, yang disebabkan antara lain oleh penambahan biaya akuisisi.
“Hal ini tentunya mempengaruhi hasil underwriting yang mengecil bahkan pada titik di mana beberapa perusahaan kesulitan dalam menutup beban operasional,” kata Bern kepada Bisnis, Selasa (20/6/2023).
Bern menambahkan hal tersebut mengakibatkan perlambatan pertumbuhan industri karena pada akhirnya kebanyakan perusahaan bergantung dari hasil investasi. Namun hanya bergantung pada hasil investasi tentunya tidak sustainable. Menurut Bern, idealnya industri yang sehat, pendapatan utamanya adalah hasil underwriting.
Dia melanjutkan bahwa tingkat kesehatan perusahaan asuransi dapat dilihat dari beberapa hal di antaranya kemampuan dari perusahaan asuransi untuk memenuhi kewajibannya, jumlah modal dan proporsi saham, hasil underwriting, serta investasi/hasil investasi. Apabila terjadi ketidakseimbangan hal di atas maka tingkat RBC perusahaan akan terpengaruh.
“Tantangan bagi tiap perusahaan untuk terus menjaga keseimbangan hal tersebut di atas, bagaimana mengelolanya dengan baik, sebagai salah satu indikator kesehatan suatu perusahaan asuransi,” katanya.
Bern pun mengatakan AAUI selalu berupaya mengingatkan kepada anggota terhadap aturan-aturan/regulasi dalam hal pemenuhan tingkat kesehatan perusahaan. Pihaknya juga berupaya mengingatkan kepada anggota terhadap aturan-aturan/regulasi dalam hal pemenuhan tingkat kesehatan perusahaan.
“Untuk dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan berkelanjutan di masa-masa mendatang, perlu kiranya dukungan kesehatan perusahaan, sumber daya manusia yang baik, dengan penerapan tata kelola yang ketat serta manajemen risiko yang efektif,” katanya.