Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) sedang menunggu izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjadi bank devisa.
Sebagai informasi, berdasarkan sikapiuangmu.ojk.go.id, bank devisa memiliki izin untuk melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
Sementara itu, bank non-devisa belum memiliki izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga hanya dapat melakukan transaksi dalam batas-batas negara dan dalam mata uang rupiah.
Direktur Finance & Business Planning Bank Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan perseroan telah mengajukan permohonan izin untuk menjadi bank devisa dan sedang menunggu hasilnya.
"Tahun ini kami targetnya [jadi bank devisa], kami sudah ajukan ke OJK permohonan izinnya dan sedang menunggu," ujarnya di Jakarta, Rabu (21/6/2023).
Henky menyatakan dengan menjadi bank devisa, perseroan akan melebarkan bisnis ke transaksi mata uang asing atau foreign exchange (forex) dan remitansi dengan membidik nasabah segmen usaha kecil dan menengah (UKM).
Jika bisnis forex ini telah berjalan, perseroan juga berencana merambah ke pembiayaan ekspor impor atau trade finance. Bank Sampoerna juga ingin mengarahkan bisnis sebagai bank devisa ke arah digital.
"Mengarahnya ke digital, mungkin nanti belum tentu semua cabang bisa transaksi forex, tetapi semua di digital," jelas Henky.
Menurutnya, perseroan lebih memilih menggunakan saluran digital untuk produk-produk baru karena lebih efisien. Kendati demikian, Bank Sampoerna tetap menjalankan saluran tradisional. "Tradisional tetap jalan, kami menggerakkan kedua-duanya," ujar Henky.
Adapun, Bank Sampoerna merupakan bank dengan fokus utama segmen UMKM. Pada Maret 2023, perseroan tercatat menyalurkan pinjaman senilai Rp2,9 triliun.
Dari jumlah itu, senilai Rp1,4 triliun disalurkan kepada UMKM. Nilai ini naik 81 persen secara tahunan (yoy). Penyaluran kredit tersebut menjadi salah satu pendorong kinerja Bank Sampoerna selama 3 bulan pertama tahun ini. Perseroan membukukan laba bersih senilai Rp18,36 miliar atau tumbuh 42 persen secara yoy.
Dari sisi pendanaan, himpunan dana pihak ketiga (DPK) Bank Sampoerna hingga akhir Maret 2023 tercatat Rp11,2 triliun, meningkat 23,1 persen dibandingkan dengan dana yang dihimpun pada satu tahun sebelumnya.
Saat ini Bank Sampoerna telah mengadopsi strategi digitalisasi dan berkolaborasi dengan lebih dari 40 perusahaan fintech, multifinance, koperasi simpan pinjam (KSP), dan institusi keuangan lainnya.
Kolaborasi ini membantu menciptakan ekosistem digital yang berkelanjutan dan memberikan akses ke sumber daya dan solusi teknologi yang dibutuhkan oleh UMKM untuk mengembangkan bisnis.