Bisnis.com. JAKARTA –– Kinerja saham emiten bank digital seperti PT Bank Jago Tbk. (ARTO) dan PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) masih di zona merah pada semester pertama tahun ini.
Berdasarkan data RTI Business, harga saham BBHI pada bulan lalu memang kinclong hingga menyentuh level auto reject atas (ARA). Dalam sebulan, harga saham BBHI naik 74 persen dan pada penutupan perdagangan 27 Juni 2023 terparkir di level Rp1.740.
Namun, jika ditarik sejak awal tahun hingga akhir Juni 2023 atau secara year–to–date (ytd), harga saham emiten bank digital besutan konglomerat Chairul Tanjung ini turun 1,42 persen.
Kemudian, harga saham ARTO secara ytd juga turun 14,52 persen. Pada penutupan perdagangan akhir Juni 2023, harga saham ARTO terparkir di level Rp3.180, turun 1,24 persen.
Bank digital lainnya, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) mencatatkan penurunan harga saham 24,34 persen secara ytd. Lalu, harga saham PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) turun 4,95 persen secara ytd.
Baca Juga
Selain itu, PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) mencatatkan penurunan harga saham 13,43 persen ytd.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan kinerja saham bank digital memang tergolong memiliki volatilitas tinggi. Secara fundamental, harga saham bank digital juga menurutnya overvalued.
Berdasarkan price to earnings ratio (PER) dan price to book value (PBV) nilai saham bank digital di atas rata-rata perbankan lainnya.
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset M. Nafan Aji Gusta Utama mengatakan saham bank digital memang sempat terdongkrak oleh kebijakan longgar dari bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) dalam menerapkan suku bunga acuan. Hal tersebut akan memberikan sentimen bullish ke pasar, termasuk bank digital.
Namun, terdapat faktor lain yang memengaruhi harga saham bank digital. "Investor masih menilai valuasi saham bank digital itu premium. Pergerakan harga sahamnya juga tidak konsisten, berbeda dengan KBMI [kelompok bank dengan modal inti] IV," ujarnya kepada Bisnis beberapa waktu lalu.