Laju Inflasi Stabil
Pada Juni 2023, laju inflasi tercatat melandai ke level 3,52 persen secara tahunan, lebih rendah dari level 4 persen pada Mei 2023.
Pada periode tahun lalu, Juni 2022, Indonesia mencatatkan tingkat inflasi yang tinggi sebesar 4,35 persen, utamanya dipicu oleh disrupsi rantai pasok pada komoditas pangan dan energi, yang disebabkan oleh perang Rusia dan Ukraina.
Angka inflasi yang tinggi pada periode yang sama tahun lalu, kata Riefky, berhasil menciptakan high-base effect, yang kemudian mempengaruhi angka inflasi Juni tahun ini.
“Di sisi lain, menurunnya inflasi Juni juga didukung oleh adanya konsistensi kebijakan moneter yang dibarengi dengan koordinasi yang solid antara BI dan pemerintah,” katanya.
Pada kesempatan berbeda, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan inflasi akan terus menurun dan berada dalam kisaran yang ditargetkan sebesar 2-4 persen sepanjang sisa tahun 2023.
Namun demikian, tekanan inflasi masih berpotensi meningkat yang dipicu oleh El Nino dan cuaca ekstrem, sehingga diperlukan pertimbangan yang cermat, terutama terkait dampaknya terhadap inflasi pangan.
Baca Juga
Faisal memperkirakan, tingkat inflasi pada akhir tahun berpotensi mencapai tingkat 3,6 persen. “Namun, kami melihat adanya kemungkinan inflasi dapat mencapai sekitar 3 persen atau bahkan lebih rendah pada akhir 2023 jika pemerintah dapat mengelola harga dan pasokan pangan secara efektif,” katanya.
Ekonomi Domestik Tetap Kuat
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia turun tipis ke level 127,2 pada Juni 2023 setelah mencapai puncaknya pada bulan sebelumnya sebesar 128,3.
Meski turun, IKK Indonesia masih berada dalam zona optimis. Riefky mengatakan, hal ini seiring dengan kondisi yang telah sepenuhnya pulih dari pandemi, yang kemudian mendorong aktivitas ekonomi domestik.
PMI manufaktur pada Juni 2023 kembali mengalami peningkatan menjadi 52,5, setelah mencatatkan rekor terendah dalam enam bulan terakhir sebesar 50,3 pada Mei 2023.
Membaiknya PMI Juni dipengaruhi oleh berbagai determinan seperti ketahanan permintaan domestik, peningkatan kapasitas produksi, serta ketersediaan faktor produksi.
Di samping itu, neraca perdagangan Indonesia berhasil membukukan surplus sebesar US$3,45 miliar pada Juni 2023, melanjutkan tren surplus perdagangan selama 38 bulan berturut-turut.
Riefky mengatakan, meski permintaan domestik kuat, Indonesia harus tetap berhati-hati dalam memantau faktor eksternal, seperti berlanjutnya tren penurunan harga komoditas serta melemahnya permintaan dari negara mitra dagang seperti AS dan China.