Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

4 Indikator Ekonomi yang Perlu Dicermati Jelang Pengumuman RDG BI

Bank Indonesia akan mengumumkan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada siang ini. Simak 4 indikator ekonomi yang perlu dicermati.
Gedung Bank Indonesia./ Bloomberg
Gedung Bank Indonesia./ Bloomberg

Volatilitas Pasar Keuangan

Pada pertemuan FOMC terakhir, the Fed menahan tingkat suku bunga pada level 5,00-5,25 persen. Inflasi AS mencatatkan penurunan menjadi 3,0 persen pada Juni 2023, terendah sejak Maret 2021.

Pasar memperkirakan the Fed akan kembali melanjutkan kenaikan suku bunga acuannya pada pekan ini, setelah jeda pada Juni lalu.

Keputusan the Fed untuk menghentikan sementara kenaikan suku bunga sebelumnya kata Riefky telah menciptakan ruang yang cukup untuk menjaga perbedaan imbal hasil antara obligasi pemerintah Indonesia dan US Treasury Bonds, sehingga cukup menarik untuk memicu masuknya aliran modal ke dalam negeri. 

Selama periode pertengahan Juni hingga pertengahan Juli, Indonesia mencatat arus modal masuk sebesar US$330 juta. Hal ini berdampak pada turunnya imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun dari 6,37 persen pada pertengahan Juni menjadi 6,32% persen pada pertengahan Juli. 

Credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun juga turun menjadi 82,67 pada pertengahan Juli dari 86,16 pada pertengahan Juni. 

Nilai Tukar Rupiah

Nilai tukar rupiah mengalami sedikit depresiasi menjadi Rp15.000 pada 17 Juli dibandingkan Rp14.990 pada pertengahan Juni. 

Meski terjadi aliran masuk modal asing, namun ketidakpastian akan keputusan the Fed untuk melanjutkan tren kenaikan suku bunga dalam pertemuan FOMC berikutnya mendorong fluktuasi rupiah akhir-akhir ini. 

Pola yang sama juga terjadi di beberapa negara berkembang lainnya seperti Malaysia, Filipina, dan Argentina.

Secara year-to-date, rupiah masih mencatatkan apresiasi sebesar 3,35 persen, menjadikannya yang terbaik di antara negara-negara berkembang bersama dengan Lira Brasil. 

Selain itu, cadangan devisa Indonesia pada Juni 2023 tetap tinggi, tercatat sebesar US$137,5 miliar, meskipun sedikit melemah dari US$139,3 miliar pada Mei. 

Penurunan ini dipengaruhi oleh kewajiban Pemerintah Indonesia untuk membayar utang luar negeri. 

BI menyatakan, jumlah cadangan devisa tersebut setara dengan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor ditambah dengan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta masih di atas standar kecukupan internasional yakni setara dengan tiga bulan impor.

Halaman
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper