Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank UOB Indonesia meluncurkan program U-Solar 2.0 sebagai upaya mendorong penyaluran pembiayaan hijau (green financing) di Indonesia. Melalui program ini, UOB Indonesia bisa memperluas penyaluran pembiayaan bagi ekosistem energi terbarukan (renewable energy).
Sector Solutions Group, Group Wholesale Banking, UOB Wasistho Soerono mengatakan program U-Solar 2.0 merupakan kelanjutan dari program U-Solar yang telah diluncurkan pada 2019. Program ini telah tersedia di 4 pasar UOB, termasuk di Indonesia.
"Melalui program ini kita berupaya menumbuhkan ekosistem surya, connecting dan berikan pembiayaan keseluruhan," katanya dalam konferensi pers pada Selasa (25/7/2023).
Pada U-Solar 2.0, bank memperluas cakupan akses pembiayaan berkelanjutan bagi kontraktor solar engineering, procurement, construction, and commissioning (EPCC) lokal serta pengembang proyek di Indonesia.
Dia mengatakan U-Solar 2.0 menawarkan dukungan end-to-end pada seluruh rantai nilai dan memberdayakan sektor tenaga surya untuk berkembang.
Program ini menghubungkan para pemain kunci dalam industri energi solar dan menjamin aliran pembiayaan, sehingga para pemain di industri ini dapat memenuhi permintaan tenaga suryanya yang tinggi.
Baca Juga
Dalam menjalankan program tersebut, bank juga menjalin kemitraan dengan 21 pengembang dan kontraktor tenaga surya, seperti PT Optima Daya Energi (Innisolar), PT Selaras Daya Utama (SEDAYU) Energi dan TML Energi.
Direktur Wholesale Banking, UOB Indonesia Harapman Kasan mengatakan U-Solar 2.0 masuk ke dalam kerangka kerja atau framework pembiayaan berkelanjutan dari UOB. Program ini bertujuan mendukung adopsi energi hijau yang lebih luas, memperkuat kemitraan dengan para pemain industri, serta memungkinkan klien untuk mencapai tujuan dekarbonisasi mereka.
"Melalui U-Solar 2.0, kami dapat bantu nasabah terhubung dengan ekosistem tenaga surya dan menciptakan ekonomi rendah karbon," ujar Harapman.
Program U-Solar sendiri telah menggaet 200 perusahaan dan 1.700 pemilik rumah dengan memfasilitasi transisi mereka ke tenaga surya. Hingga kini, program tersebut inilai telah berkontribusi pada pengurangan lebih dari 350.000 ton emisi gas rumah kaca.
Harapman mengatakan UOB berupaya menggenjot penyaluran hijau di Indonesia karena potensinya yang besar. Menurut UOB Business Outlook Study yang dilakukan baru-baru ini, 97 persen bisnis menempatkan keberlanjutan sebagai prioritas utamanya. Adapun, 47 persen bisnis juga telah mulai menerapkan praktik keberlanjutan dalam bisnis mereka.
Meski begitu, terdapat kekhawatiran dari bisnis terkait kenaikan biaya produk dan layanan yang mereka tawarkan. Oleh karena itu, pembiayaan diperlukan.
Di sisi lain, 7 dari 10 bisnis menyatakan bahwa keberlanjutan membantu menarik investor. Sementara 3 dari 5 bisnis menyatakan bahwa keberlanjutan membantu meningkatkan reputasi dan merek bisnis mereka.
Ditambah lagi, Pemerintah Indonesia terus berupaya mengejar target net zero emissions.
"Perjalanan transisi pun membutuhkan pendanaan yang besar. Butuh 708 giga watt untuk renewable energy. Ribuan triliun rupiah potensi bisnisnya," ujar Harapman.