Bisnis.com, JAKARTA - Perhatian publik terus tertuju pada viralnya kabar soal PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), yang disebut menghentikan pengajuan kredit kendaraan bermotor bagi pegawai di tiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya.
Awalnya, informasi ini sendiri pertama kali beredar di media sosial Ronald A. Sinaga dengan akun Instagram @brorondm, yang mengunggah tangkapan layar berisi email dari Mandiri Tunas Finance (MTF) pada Kamis (20/7/2023).
"Gila-gila... dapet email kayak gini, dapet bocoran kayak gini, luar biasa. Sesama BUMN aja udah nggak bisa mendukung, nggak bisa percaya sampai keluar email seperti ini," ucap Ronald.
Surat bernomor 033/SPb/MTF/VI/2023 dan terbit pada 27 Juni 2023 itu memperlihatkan penghentian pembiayaan untuk pegawai PT Wijaya Karya, PT Amarta Karya, dan PT Waskita Karya, serta anak perusahaan dan seluruh afiliasinya.
MTF menyebutkan akan melakukan penghentian pembiayaan untuk pegawai 3 perusahaan BUMN Karya tersebut dan ditujukan untuk seluruh kantor cabang, kantor regional dan kantor pusat.
Baca Juga
Adapun, perintah tersebut merupakan turunan dari surat yang dikeluarkan oleh Bank Mandiri perihal penghentian pembiayaan joint financing kendaraan bermotor nomor MNR.CCA/100/2023.
"Berdasarkan surat dari PT Bank Mandiri [Persero] Tbk nomor MNR.CCA/100/2023 perihal Penghentian Pembiayaan Joint Financing Kendaraan Bermotor antara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan ****** untuk pegawai PT Wijaya Karya, PT Amarta Karya, dan PT Waskita Karya serta anak perusahaan dan seluruh afiliasinya," sebut surat tersebut.
Terdapat tiga poin inti yang disampaikan dalam surat tersebut. Pertama, penghentian pembiayaan untuk pegawai Wijaya Karya, Amarta Karya, dan Waskita Karya, serta anak perusahaan dan afiliasinya serta Customer Asset Purchase (CAP).
Kedua, penghentian pembiayaan tersebut berlaku untuk debitur yang berstatus pegawai tetap maupun kontrak.
Ketiga, akan dilakukan penguncian sistem agar calon debitur eksisting yang berprofesi pegawai di grup perusahaan tersebut tidak dapat dibiayai.
Tanggapan Bank Mandiri
Bisnis pun telah melakukan konfirmasi kepada Bank Mandiri tentang viralnya isu penyetopan pembiayaan atau kredit untuk pegawai di 3 BUMN karya,
VP Corporate Communication Bank Mandiri Ricky Andriano mengatakan hal ini dilakukan sebagai bagian dari praktik prudential banking, di mana pihaknya memastikan kehatian-hatian dalam penyaluran kredit agar tidak terjadi kesalahan dalam pengelolaan dana nasabah.
“Terkait isu penghentian pembiayaan joint financing kendaraan bermotor antara Bank Mandiri dan pihak lain kepada 3 BUMN Karya yang dimaksud dalam unggahan konten tersebut, dapat kami sampaikan Bank Mandiri merupakan perusahaan yang konsisten menerapkan tata kelola perusahaan yang baik,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (28/7/2023).
Dia mengatakan Mandiri secara konsisten menerapkan tata kelola perusahaan yang baik alias good corporate governance (GCG), sesuai best practice manajemen risiko yang berlaku di industri perbankan.
Menurutnya, langkah ini dapat melindungi debitur dan stakeholder lain yang terkait serta mencegah hal-hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
Ricky menegaskan Bank Mandiri akan terus meninjau kebijakan sesuai perkembangan terkini. Bahkan, apabila, kondisinya sudah membaik, pihaknya akan kembali menyalurkan pembiayaan yang dibutuhkan sesuai fungsi intermediasi perbankan.
WIKA Punya Utang Terbesar ke BMRI
Melansir dari Bisnis, emiten BUMN karya PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) sendiri tengah melakukan penundaan pembayaran utang bank dan lembaga keuangan lainnya dalam rangka memperbaiki struktur keuangan WIKA secara jangka panjang.
Corporate Secretary WIKA Mahendra Vijaya mengatakan emiten konstruksi plat merah tersebut sedang mengajukan standstill atas fasilitas pokok dan bunga kepada perbankan.
Tujuannya agar memperbaiki struktur keuangan jangka panjang akibat adanya pinjaman yang belum memberikan imbal hasil.
“Adanya pinjaman untuk pendanaan pada investasi jangka panjang yang saat ini belum dapat memberikan return bagi perusahaan, sehingga beban atas pendanaan tersebut menurunkan laba bersih WIKA,” ujar Mahendra kepada Bisnis, beberapa waktu lalu (17/5/2023).
Kondisi BUMN Karya
Lebih lanjut, dia mengatakan adanya pengajuan standstill dapat membuat WIKA fokus kepada core business sebagai kontraktor EPC (Engineering-Procurement-Construction). Selain itu, pengajuan standstill hanya terjadi pada level induk WIK dan tidak berlaku bagi anak usaha.
Dilansir dari Bloomberg, WIKA mengajukan penundaan pembayaran utang bank untuk mengatur kembali utang dan memperkuat struktur permodalan. Langkah ini diambil seiring adanya rugi bersih sebesar Rp521,25 miliar pada kuartal I/2023.
Menilik laporan keuangan per 31 Maret 2023, WIKA tercatat memiliki utang kepada pihak ketiga sebesar Rp12,64 triliun. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menjadi salah satu kreditur terbesar dengan pinjaman Rp3,87 triliun.
Sementara itu, WIKA juga tercatat memiliki beberapa utang obligasi yang jatuh tempo pada 2023 dan 2024. Diantaranya adalah Obligasi Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap I Tahun 2020 Seri A senilai Rp331 miliar yang jatuh tempo pada 18 Desember 2023.
Selanjutnya, Obligasi Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap II Tahun 2021 Seri A senilai Rp495 miliar yang jatuh tempo pada 3 Maret 2024, serta Obligasi Berkelanjutan II Wijaya Karya Tahap I Tahun 2021 Seri A senilai Rp571 miliar yang jatuh tempo pada 8 September 2024.
WSKT Alami Defisit Saldo Laba per Kuartal I/2023
Emiten BUMN karya PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) tercatat mengalami defisit saldo laba hingga Rp8,58 triliun per kuartal I/2023. Menilik laporan keuangan per 31 Maret 2023, Waskita memiliki modal saham sebesar Rp2,88 triliun per kuartal I/2023.
Selain itu, Waskita memiliki tambahan modal disetor sebesar Rp13,56 triliun pada tiga bulan pertama 2023. Dari modal tersebut, Waskita memiliki saldo laba yang telah ditentukan penggunaannya sebesar Rp1,72 triliun per kuartal I/2023.
Meski demikian, saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya tercatat mengalami defisit hingga Rp10,31 triliun per kuartal I/2023.
Alhasil Waskita mengalami defisit saldo laba sebesar Rp8,58 triliun per kuartal I/2023. Dalam laporan keuangan tersebut manajemen mengatakan adanya defisit disebabkan Waskita yang mengalami kekurangan arus kas dari aktivitas operasi.