Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BI Pantau Dampak Jika Fed Funds Rate Saingi Suku Bunga BI 5,75%

Gubernur Bank Indonesia (BI) siap memantau dampak jika suku bunga The Fed (Fed Funds Rate) bakal saingi suku bunga acuan BI di level 5,75 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis (19/1/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Kamis (19/1/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan suku bunga The Fed (Fed Funds Rate/FFR) akan kembali meningkat sebesar 25 basis poin pada September 2022. Jika hal itu terjadi, maka suku bunga The Fed akan menyaingi suku bunga acuan BI atau BI rate. 

Perry mengatakan BI akan terus memantau perkembangan ekonomi dan inflasi Amerika Serikat (AS) kedepannya, serta dampaknya bagi stabilitas domestik. 

“Jadi kami masih memperkirakan FFR naik sekali lagi dan terminal rate-nya di September 5,75 persen, bersaing dengan BI rate,” katanya dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Selasa (1/8/2023).

Perry memperkirakan setelah sekali lagi meningkat pada September 2023, suku bunga The Fed akan bertahan pada level 5,75 persen untuk jangka waktu yang lebih lama. 

“BI akan memastikan dampak ke stabilitas nilai tukar terjaga, juga ke stabilitas sistem keuangan berkoordinasi dengan KSSK,” tuturnya.

Sebagaimana diketahui, BI pada Juli 2023 kembali mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Juli 2023.

Menurut Perry, keputusan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2-4 persen pada sisa 2023.

BI juga terus mendorong penguatan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Kebijakan tersebut dilakukan melalui, pertama, intervensi di pasar valas dengan transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan SBN di pasar sekunder.

Kedua, BI melanjutkan twist operation melalui penjualan SBN di pasar sekunder untuk tenor pendek guna meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investor portofolio asing.

Ketiga, optimalisasi Term Deposit (TD) Valas DHE serta penambahan frekuensi dan tenor lelang TD Valas jangka pendek dengan suku bunga kompetitif. 

Sementara itu, Federal Reserve atau The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar seperempat persentase poin pada Rabu (26/7/) lalu. Ketua The Fed Jerome Powell menyampaikan bahwa ekonomi masih perlu melambat dan pasar tenaga kerja melemah agar inflasi secara kredibel kembali ke target bank sentral, yakni 2 persen. 

Kenaikan tersebut merupakan yang ke-11 dari Fed dalam 12 pertemuan terakhirnya, menetapkan suku bunga acuan overnight di kisaran 5,25 persen-5,50 persen, tingkat yang terakhir terlihat sesaat sebelum jatuhnya pasar perumahan tahun 2007 dan yang belum pernah dilampaui secara konsisten selama sekitar 22 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper