Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memastikan sistem keuangan Indonesia, khususnya perbankan, tetap terjaga di tengah gejolak penurunan peringkat sejumlah perbankan di Amerika Serikat (AS).
Untuk diketahui, Moody’s memangkas peringkat 10 bank kecil hingga menengah AS satu tingkat. Moody’s juga tengah memantau 6 bank raksasa AS, yang berpotensi turun peringkat. Perubahan ini seiring penurunan keyakinan lembaga pemeringkat asal AS itu atas kondisi bank yang ratingnya dipangkas.
Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Solikin M. Juhro mengatakan industri perbankan Indonesia, baik dari sisi likuiditas, permodalan, dan risiko kredit masih dalam kondisi yang terjaga.
“Dari sistem ketahanan, khususnya perbankan masih bagus, dari sisi likuiditas, permodalan, dan dari sisi risiko kredit,” katanya dalam acara Taklimat Media, Rabu (9/8/2023).
Solikin mengatakan, likuiditas perbankan tetap longgar, yang tercermin dari rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) yang sebesar 26,73 persen pada Juni 2023.
Permodalan perbankan juga tetap kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 26,07 persen pada Mei 2023.
Baca Juga
Selain itu, BI mencatat risiko kredit tetap terkendali, tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non-performing Loan/NPL) yang rendah, yaitu 2,52 persen (bruto) dan 0,77 persen (neto) pada Mei 2023.
Solikin mengatakan, BI bersama dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) rutin melakukan stress test perbankan. “Hasil stress test menunjukkan sistem keuangan kita masih berdaya tahan,” jelas Solikin.
Stress test perbankan adalah bentuk pengujian intens dengan beragam skenario terburuk yang sengaja digunakan untuk menentukan stabilitas sistem keuangan dan perbankakn.
Dia menambahkan, pertumbuhan kredit perbankan pada Juni 2023 yang sebesar 7,76 persen yoy juga masih terus menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. BI memperkirakan kredit perbankan akan tumbuh pada kisaran 9-11 persen hingga akhir tahun.